kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Ekonomi akan pulih, tapi apa kabar dengan IHSG


Jumat, 04 Juni 2021 / 00:11 WIB
Ekonomi akan pulih, tapi apa kabar dengan IHSG
ILUSTRASI. Diskusi bersama?Adrian Panggabean di Jakarta (28/11/2018).


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal 2 yang bisa mencapai 7% tentunya menjadi angin segar untuk pasar saham kita. Tapi bagaimana efek kenaikan pertumbuhan ekonomi ini kalau dilihat lebih jauh? Apakah benar perekonomian dan pasar saham kita sudah siap melompat tinggi?

Berikut ini wawancara khusus Adrian Panggabean ekonom senior, praktisi keuangan dan investasi dengan Kontan.

Bagaimana Anda melihat target pertumbuhan ekonomi kita ini yang kabarnya akan mencapai 7%-8% di kuartal 2 ini. Apakah itu achievable?

Kalau saya lihat dari perhitungan business cycle yang saya lakukan, di kuartal pertama kita negatif. Tetapi kita ini sudah mulai berada pada very early stage of economic recovery. Jadi kalau misalnya kurva business cycle itu bentuknya kan seperti kurva sinus, kita itu ada di bawah. Masih di bawah, tapi sudah mulai naik dari titik terbawah. Baru mulai naik dari titik terbawah.

Jadi kalau misalnya kuartal 2 tahun lalu itu -5%, lalu kemudian -2 di kuartal 4 2020. Itu bukan berarti di bawah di titik bawah di kurva sinus itu, -5% itu bukan di bottom-nya kurva. Bottom -nya kurva itu -2%. Jadi -0,7 itu pas kita baru naik.

Nah jadi di kuartal 1 itu kita baru masuk di very early stage of recovery. Sehingga kalau melihat dari kurva business cycle dan semua leading indicator yang ada kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi kita di kuartal 2 berkisar antara 6%-7%. Jadi artinya 7% itu ada dalam range yang achievable, 6% itu most likely achievable. Cuma kalau kita bilang 8%, menurut saya terlampau  terlampau optimis.

 ... kontributor terbesar dari pertumbuhan di kuartal 2 ini adalah net ekspor.

Apa yang menjadi pendorongnya?

Kalau melihat dari semua variabel yang menjadi determinan cycle  kontributor terbesar dari pertumbuhan di kuartal 2 ini adalah net ekspor. Ekspor kita positif sementara impor belum menanjak, sehingga kita surplus terus perdagangan. Kita masih tetap negatif di transaksi berjalan atau current account, tapi itu mengindikasikan bahwa driver utama dari pertumbuhan di kuartal 2 itu adalah  net ekspor.

Driver berikutnya di kuartal 2 itu adalah base effect, memang kita di kuartal 2 tahun 2020 kan -5%. Jadi apa yang lebih sering saya sebut low base effect atau  efek trampolin. Jadi dia sudah nyungsep di bawah mental dia. Jadi dia jatuh kan, kalau badan berat jatuh itu mentalnya lumayan tinggi. Tapi dalam dinamika quarter on quarter pertumbuhan kita sih di tahun di kuartal 2 relatif sama, mungkin masih 1%-1,5%. Jadi enggak banyak dan ini benar-benar diterangkan oleh ekspor.

Nah kalau pertumbuhannya itu mencapai 6%-7% di kuartal 2 dan di kuartal 3 dan 4 misalnya berkisar 4%-4,5% . Dilihat dari momentum ekonominya hanya mungkin sekitar itu ya. Ini artinya pertumbuhan ekonomi kita di atas kertas akan ada di antara 3,5%-3,8% untuk  full year ya.

Apa konsekuensi pertumbuhan yang di bawah dari ekspektasi ini?

Let say katakan kita omong kosong saja 3,8% saja ya, tahun lalu -2,1%. Jadi kan dalam 2 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi kan rata-ratanya 1,7% dibagi 2 kan 0,8%. Jadi pertumbuhan rata-rata selama 2 tahun terakhir itu 0,8%.

Nah kalau menurut estimasi yang disampaikan oleh pemerintah sendiri, setiap 1% pertumbuhan ekonomi kan bisa menciptakan 300 ribu lapangan pekerjaan. Jadi kalau 2 tahun berarti 1,7 kali dikali 300 ribu kan berarti 500 ribu ya. Jadi dalam 2 tahun terakhir yaitu 2020 dan 2021 ada tambahan lapangan pekerjaan kita sebanyak 500 ribu.

Sementara setiap tahun ada orang yang masuk ke angkatan kerja baru sekitar 2,7 juta orang. Kalau 2 tahun kan artinya 5,4 juta. Jadi ada 500 ribu lapangan kerja yang tercipta dalam 2 tahun ini 2020 dan 2021, tapi ada 5,4 juta orang masuk ke dalam angkatan kerja. Artinya akan ada tambahan pengangguran sebanyak 5,4 juta kurang 0,5 atau sekitar 4,9 juta orang.

Kalau open unemployment ini kita gabungkan dengan pengangguran setengah terbuka atau pekerja paruh waktu, ya mungkin tahun in juga akan kita lihat jumlah orang yang terkena dampak itu mirip dengan tahun lalu, sekitar 20-30 juta orang. Ini kan termasuk orang yang gajinya kena potong, ya atau kontrak tidak diperpanjang, paruh waktu, ini sesuai laporannya BPS.

Intinya adalah kondisi sosial itu belum membaik. Belum akan membaik dengan pertumbuhan positif di tahun ini. Karena dalam struktur level, pertumbuhan ini masih belum memberikan manfaat atau buah yang baik kepada masyarakat.

Masyarakat dalam pengertian tenaga kerja ya, penciptaan lapangan kerja, pendapatan per kapita, dan lain sebagainya. Ini jadinya pertumbuhan ekonomi, kalau pun jadi positif di tahun ini itu sifatnya masih fragile.

Ini konsisten kan dengan apa yang saya sampaikan tadi kuartal 1 itu masih pada very early stage of recovery. Nah jadi di kuartal 2, 3, 4 kalau pertumbuhannya itu 6%-7% di kuartal 2, tumbuh 4%-4,5% di kuartal 3 dan 4, kita baru masuk early stage of recovery. Jadi kalau tadi kuartal 1 very early stage of recovery, pada akhir 2021 baru masuk early stage of recovery. Dengan karakteristik recovery dan pertumbuhan ekonomi yang masih fragile

Justru pada saat kita mulai pada early stage recovery bukan berarti kita bisa melakukan aktivitas yang justru membahayakan pilar-pilar yang sedang berkembang, karena masih very early dan fragile gitu kan. Justru kita harus semakin berhati-hati. 

Misalnya kita mulai melakukan investasi besar-besaran misalnya di infrastruktur di tahun ini.  Kalau misalnya ada ide itu ya, ya harus dihindari.

Aktivitas seperti apa maksudnya?

Apa saja yang membuat kita mulai bergerak. Misalnya kita mulai melakukan investasi besar-besaran misalnya di infrastruktur di tahun ini.  Kalau misalnya ada ide itu ya, ya harus dihindari.

Kemudian kita misalnya ingin melakukan tax amnesty di tahun ini. Itu mesti dihindari. Karena tax amnesty ini kan ibaratnya aliran darah baru yang diciptakan secara anorganik.

Padahal aliran darah baru yang organik itu justru yang dibutuhkan. Karena kalau misalnya coba distimulasi secara anorganik, padahal sebetulnya masyarakat itu masih sedia payung sebelum hujan. Ya orang-orang belum mau belanja, bahkan lagi menghemat uangnya, menghemat belanjanya agar supaya bisa bertahan seandainya situasi ini berkembang lebih lama.

Kemudian tiba-tiba uangnya diambil disetor ke negara. Apa yang akan terjadi? Sistem itu akan upset. Masyarakat akan berpikir sudah kalau begitu dipindahkan saja uang saya di sebuah aset lain atau saya tidak mau melakukan apa-apa. Pada akhirnya sistem collapse. Jadi justru pada tahun 2021 kebijakan itu harus hati-hati.

Bukannya pembangunan infrastruktur besar-besaran itu diharapkan bisa memicu pertumbuhan ekonomi lebih baik?

Kalau kamu lihat statistik di PN Niaga saja, tahun lalu itu sudah 700 berapa, 750-an kasus kalau saya tidak lupa.Tahun ini sampai Bulan Mei saja sudah 350. Dan ini artinya ada masalah dengan pengangguran, ada masalah juga dengan dinamika produksi.

Bagaimana dengan perkembangan ekonomi digital yang katanya bisa membuat accessibilities orang terhadap sistem ekonomi lebih baik. Apakah betul ini bisa mengangkat perekonomian?  

Kalau kita melihat perkembangan di negara-negara lain, fenomena ini menyebabkan perekonomian lebih ke capital intensive. Lalu yang kedua perkembangan ini menyebabkan divergence income, disparitas pendapatan menjadi semakin lebar. Gaji lebih besar akan diperoleh oleh orang-orang yang lebih canggih karena orang-orang ini memang canggih di lapangan pekerjaannya.

Jadi secara hipotetis saja mungkin sih dalam jangka pendek akan terjadi fragmentasi di dalam struktur ekonomi kita yang memang sudah terfragmentasi sebelumnya.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×