Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pergerakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) belum juga membaik. Meski tipis namun koreksi masih terus terjadi.
Mengutip Bloomberg, Selasa (19/7) pukul 15.10 WIB harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2016 tergelincir 0,26% ke level RM 2.272 per metrik ton atau setara US$ 567,64 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Namun dalam sepekan terakhir harga berhasil melesat 4,50% meninggalkan level terendahnya sejak September 2015 silam.
Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures mengatakan faktor utama yang terus menekan harga CPO datang dari rendahnya permintaan di pasar global saat ini. Itu ditunjukkan dengan penurunan impor dari salah satu konsumen utama CPO yakni India.
Per Juni 2016 lalu rilis Solvent Extractors Association of India menunjukkan impor CPO turun 17% menjadi 607.129 ton dibanding Juni 2015 lalu.
Ini merupakan penurunan impor India dalam dua bulan beruntun. Sementara stok di Malaysia bulan lalu naik untuk pertama kali sejak November 2015 lalu dengan produksi yang naik sekitar 12%.
“Sehingga secara fundamental terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan yang kemudian menekan harga,” tutur Wahyu.
Penurunan impor India ini terjadi karena beralihnya India menggunakan minyak kedelai. Terbukti impor minyak kedelai India Juni 2016 naik dua kali lipat menjadi 386.145 ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Belum berhenti di situ, Cargo Surveyor Intertek Testing Services melaporkan pengiriman CPO Malaysia periode 1 – 15 Juli 2016 turun 0,8% menjadi 561.471 ton dibanding periode yang sama bulan Mei 2016.
Penguatan ringgit Malaysia yang sudah berlangsung dua hari beruntun juga membebani harga jual CPO. “Mengarahkan prediksi bahwa harga CPO masih berpeluang untuk lanjutkan koreksi meski terbatas rentangnya,” duga Wahyu.
Terjadinya tarik menarik sentimen di pasar saat ini harga CPO akan bergerak dalam rentang sideways yang sempit dengan kecenderungan koreksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News