kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua analis ini rekomendasikan saham-saham berikut, di tengah maraknya aksi jual asing


Jumat, 18 Oktober 2019 / 18:55 WIB
Dua analis ini rekomendasikan saham-saham berikut, di tengah maraknya aksi jual asing
ILUSTRASI. Dua karyawan berbincang di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/10/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI ditutup naik 82,159 poin atau 1,36 persen menjadi 6.105,8 pada akhir pekan ini. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data RTI, investor asing masih mencatatkan aksi jual dengan nilai Rp 1,35 triliun di semua pasar dalam sepekan ke belakang.

Saham yang paling banyak dijual asing adalah saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), lalu PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA).

Sementara itu, saham-saham yang paling banyak dibeli asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Baca Juga: Meski jadi pemberat IHSG, analis menilai sejumlah saham ini masih prospektif

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, dana investor asing masih akan keluar selama kondisi ekonomi serta ketegangan politik yang bisa berujung pada demonstrasi masih berlanjut. 

Sebagai contoh adalah adanya isu demonstrasi yang berkaitan dengan pelantikan Presiden Terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Terpilih Ma'ruf Amin. 

Bernada serupa, Kepala Riset MNC Sekuritas Thendra Chrisnanda mengatakan, aksi jual asing terus terjadi karena investor masih menanti kepastian atas perkembangan perang dagang  Amerika Serikat (AS) dan China, serta menunggu pelantikan dan pembentukan kabinet Presiden Terpilih Joko Widodo jilid II.

Baca Juga: Aturan ayam akan diperketat, begini prospek emiten poultry

Dengan melihat kemungkinan tersebut, ia memprediksi bahwa volatilitas dan dana keluar (outflow) masih akan berlanjut hingga November tahun ini.

"Potensi peningkatan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dapat terjadi di bulan Desember ditopang oleh aksi window dressing dan menariknya valuasi beberapa saham bluechip," kata Thendra saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/10).

Untuk saham-saham yang masih dibeli asing, Thendra mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh ekspektasi investor terhadap solidnya pertumbuhan bisnis perusahaan-perusahaan tersebut.

Terlebih lagi untuk BBCA yang bobot sahamnya berkontribusi dominan pada IHSG, yakni mencapai 10,63% hingga 18 Oktober 2019.

Baca Juga: Sampai akhir 2019, Sariguna Primatirta (CLEO) optimistis capai target pertumbuhan 35%

Ia merekomendasikan investor untuk hold saham BBCA dan hold BBRI dengan target harga atau target price (TP) jangka panjang Rp 4.400 per saham.

Sementara itu, ia menyarankan buy BBNI dengan TP Rp 9.800 per saham, BMRI Rp 7.850, INDF Rp 8.500, JPFA Rp 2.600, GGRM Rp 63.000, dan UNTR Rp 24.400.

Senada dengan Thendra, Chris juga menilai bahwa saham-saham yang dibeli asing adalah saham yang kinerja perusahaannya masih baik dan tahan terhadap kondisi ekonomi.

Baca Juga: Semakin sore, harga emas spot kian merosot ke arah US$ 1.488,29 per ons troi

Meskipun begitu, ia melihat saat ini merupakan kesempatan untuk mengoleksi beberapa saham yang banyak dijual maupun dibeli asing karena harga yang sudah tergolong murah, yaitu BMRI dengan target harga jangka panjang Rp 8.000, ASII Rp 7.500, dan UNTR Rp 24.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×