kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Direktur Sarana Menara Nusantara (TOWR) berbagi kiat sukses investasi di pasar modal


Sabtu, 19 Juni 2021 / 18:58 WIB
Direktur Sarana Menara Nusantara (TOWR) berbagi kiat sukses investasi di pasar modal
ILUSTRASI. Indra Gunawan, Direktur Sarana Menara Nusantara.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Demi memiliki tabungan untuk masa depan, Indra Gunawan mulai getol berinvestasi. Pria yang kini menjabat Direktur Pengembangan Bisnis PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), itu bercerita, perjalanan investasinya dimulai sekitar tahun 2000.

Kala itu, ia sudah bekerja setelah lulus dari dari program sarjana Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tahun 1997. Investasi pertamanya ialah membeli mobil dan apartemen untuk disewakan kembali.

"Pada waktu itu, imbal hasil yang didapatkan cukup menarik. Cukup untuk membayar kredit kepemilikannya dan masih ada sisa untuk ditabung," kata pria kelahiran 7 November 1974 ini kepada KONTAN, Jumat (18/6).

Kala itu, Indra juga tengah melanjutkan pendidikan Magister Ekonomi di Universitas Indonesia. Alhasil, uang dari hasil sewa mobil pun dia juga gunakan untuk membayar biaya kuliahnya.

Baca Juga: Berkat Finansial Model, Perusahaan Bisa Berkembang Lebih Cepat!

Seiring berjalannya waktu, Indra semakin tertarik berinvestasi di bidang properti. Ia menambah kepemilikan properti dengan membeli rumah, tanah, serta apartemen. Saat ini, porsi investasi di bidang properti setara 60% dari total nilai portofolio investasinya.

Melirik investasi saham

Meskipun mengawali pengalaman investasinya dengan membeli properti, Indra juga mulai melirik portofolio investasi sejumlah instrumen di pasar modal. Indra mempelajari dan mencoba berinvestasi saham, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dengan melakukan trading.

Saham-saham yang kini disukainya ialah saham-saham sektor infrastruktur dan telekomunikasi. Kedua sektor ini dinilai memiliki prospek menjanjikan untuk jangka panjang.

Tak berhenti sampai di situ, Indra juga menyebar portofolionya ke instrumen reksadana dan obligasi. Kini, produk saham, reksadana, dan obligasi, mencakup 40% dari total portofolio investasinya.

Indra menuturkan, pembelian jenis instrumen investasi yang berbeda tersebut merupakan caranya untuk mendiversifikasi aset portofolio. Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi risiko investasi dan mengoptimalkan tingkat imbal hasil yang didapat.

Baca Juga: Hai milenial, ingin sukses berinvestasi? Simak tipsnya

Menurut Indra, secara keseluruhan perkembangan investasi yang dimiliki masih sesuai dengan harapannya. Meski begitu, bukan berarti ia tidak pernah mengecap pengalaman pahit kala berinvestasi.

Pria yang pernah berkarier di Siemens Indonesia dan Protelindo ini berkisah, pada saat berbisnis sewa mobil, ia pernah merugi karena si penyewa tidak mau membayar. Indra juga pernah mengecap rugi berinvestasi saham akibat kondisi ekonomi yang tidak terkontrol, sehingga mempengaruhi proyeksi imbal hasil.

Indra pun menjadikan pengalaman tersebut sebagai pelajaran berharga. Kini, Indra melihat risiko investasi harus dikelola, baik dengan diversifikasi maupun alokasi budget.

Jadi, berinvestasi bukan cuma hanya menargetkan return keuntungan saja, tapi penting juga untuk dapat mengontrol potensi kerugian. "Dalam berinvestasi, investor harus berhati hati dan siap juga dengan kondisi di luar kendali kita yang mungkin bisa menyebabkan kerugian," ucap Indra.

Baca Juga: Alasan investor menjadikan perusahaan Warren Buffett pilihan investasi

Dari pengalaman investasi yang sudah lebih dari 20 tahun itu, ada beberapa hal yang selalu ia ingat dan terapkan selama berinvestasi. Pertama, investasi harus terdiversifikasi guna mengurangi risiko. Lalu, memilih produk-produk investasi yang memang benar-benar dipahami, bukan asal ikut tren ataupun mengikuti orang lain.

Kedua, memilih produk investasi yang sesuai profil investasi masing-masing. Sebagai contoh, kalau seseorang memiliki profil investasi yang konservatif, jangan menaruh aset terlalu besar atau dominan ke produk yang berisiko tinggi.

Dengan kata lain, produk investasi sebaiknya terbagi antara produk yang memiliki risiko tinggi dan risiko rendah. "Ketiga, be patient. Sabar. Kalau mau cepat untung, umumnya tinggi risikonya. Jadi jangan terburu-buru ingin untung besar," kata dia.

Keempat, Indra juga mencoba disiplin mengalokasikan budget investasi yang sesuai, di luar dana untuk kebutuhan utama.

Selanjutnya: Matang di pasar saham, begini strategi berinvestasi ala Ridwan Zachrie

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×