kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cermati IHSG Saat di Tengah Penurunan Kinerja dan Sentimen Negatif


Rabu, 12 Juni 2024 / 05:30 WIB
Cermati IHSG Saat di Tengah Penurunan Kinerja dan Sentimen Negatif
ILUSTRASI. Karyawan?melintas dekat grafik neon simbol perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (6/5). KONTAN/Cheppy A Muchlis


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terseok-seok. Pada Selasa (11/6), kinerja IHSG turun 0,95% ke level 6.855 pada akhir perdagangan.

Melansir RTI, kinerja IHSG sudah turun 3,43% dalam seminggu dan turun 3,29% dalam sebulan. Secara year to date (ytd), kinerja IHSG sudah tergerus 5,74%.  Pada Selasa, dana asing juga tercatat keluar Rp 1,23 triliun di pasar reguler.

Pasar saham Indonesia juga diturunkan peringkatnya menjadi underweight oleh Morgan Stanley. Melansir pemberitaan Bloomberg, penurunan rating itu utamanya diakibatkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, sehingga ada risiko untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.

Baca Juga: IHSG Anjlok ke 6.855 Selasa (11/6), Net Sell Asing Tembus Rp 1,17 Triliun

Di sisi lain, ketidakpastian terkait kebijakan fiskal akibat masa transisi pemerintahan membuat pasar saham domestik semakin volatil. Program makan siang gratis dari presiden terpilih Prabowo Subianto dinilai Morgan Stanley berpotensi menjadi beban untuk kondisi fiskal Tanah Air.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, apa yang dikhawatirkan akhirnya terjadi, yaitu penurunan rating terhadap pasar modal Indonesia.

“Saat ini harga saham lebih banyak yang turun dibandingkan yang naik. Lalu, volatilitas meningkat dan nilai transaksi turun selama empat hari terakhir,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/6).

Budi melihat, turunnya IHSG hari ini diakibatkan aliran dana asing yang keluar, pelemahan rupiah, transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang defisit, dan juga masih berlakunya mekanisme full call auction (FCA).

Baca Juga: IHSG Naik ke ke 6.921 Hari Ini (10/6), BREN, GOTO, BBRI Paling Banyak Net Sell Asing

“Dana asing diperkirakan lari ke Malaysia, Taiwan, dan bursa regional lainnya. Sebagian juga kemungkinan pindah ke surat berharga negara (SBN),” katanya. 

Di sisi lain, penurunan IHSG juga masih kena sentimen dari saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang masih ada di dalam papan pemantauan khusus (PPK).

Namun, saham lain juga ikut memberatkan kinerja IHSG hari ini. Di antaranya adalah kinerja BBNI, BBRI, ASII, TLKM, BMRI, PTRO, SMGR, dan GOTO yang melemah sejak pekan lalu.

“Beberapa emiten di atas juga sudah mengalami aksi jual asing sejak beberapa minggu lalu. Sebanyak delapan dari 10 saham berkapitalisasi pasar besar juga harganya sudah turun sejak pekan lalu,” ungkapnya.

Budi melihat, kinerja IHSG bisa menuju ke level 6.500 hingga akhir Juni 2024. Bahkan, bisa lebih rendah jika mekanisme FCA tidak dibatalkan atau direvisi. “Banyak investor yang juga malas bertransaksi di pasar saham akibat berlakunya mekanisme FCA,” tuturnya.

Baca Juga: Saham Sektor Industri Belum Berenergi, Cermati Rekomendasi Analis Berikut Ini

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada melihat, masih adanya sejumlah sentimen negatif membuat pelaku pasar cenderung beralih dari saham ke instrumen lain, seperti obligasi.

“Para investor bisa juga cenderung masih wait and see dengan kondisi yang ada,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/6).

Menurut Reza, salah satu kriteria FCA membuat ada kesan pembatasan jika terdapat kenaikan kerja pada suatu saham. Kriteria yang dimaksud adalah "Dikenakan penghentian sementara perdagangan efek selama lebih dari 1 hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan" 

“Ini mungkin yang membuat pelaku pasar tidak banyak bertransaksi. Mereka khawatir ketika terjadi kenaikan harga, maka nanti saham tersebut bisa disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masuk ke FCA,” paparnya.

Di sisi lain, sentimen global yang mempengaruhi kinerja IHSG adalah belum adanya kejelasan akan hasil rapat FOMC. “Sentimen dari dalam negeri dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah mempengaruhi ritme pasar,” tuturnya.

Baca Juga: IHSG Melemah, Cermati Saham-Saham Favorit Asing Selama Sepekan Terakhir

Reza mengaku belum dapat memastikan akan seperti apa kinerja IHSG hingga akhir Juni 2024. Sebab, pergerakan IHSG saat ini berhubungan dengan persepsi dan asumsi dari pelaku pasar.  “Artinya, sentimennya lebih ke psikologis pelaku pasar dalam melihat kondisi yang ada,” tuturnya.

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus melihat, hari ini memang aliran dana asing tercatat keluar, sehingga kinerja IHSG melemah. Para investor lari ke instrumen safe haven, seperti emas dan dolar AS.

“Asing juga tercatat melego saham-saham perbankan hari ini, seperti BBRI, BBCA, BBNI, dan BMRI,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/6).

Melansir RTI, asing melego saham BBRI sebesar Rp 273,9 miliar. BBCA dilego asing sebesar Rp 239,6 miliar. BBNI dilego asing Rp 156,6 miliar. Sementara, BMRI dilego asing Rp 49,3 miliar.

Saham BREN yang harganya tertekan dalam beberapa hari terakhir juga membuat kinerja IHSG melemah, karena kapitalisasi pasar Perseroan yang besar.

Meskipun begitu, Daniel tidak melihat mekanisme FCA bikin investor malas bertransaksi. Sebab, saham yang ada di dalam PPK cenderung berkapitalisasi pasar kecil dan hanya berjumlah sekitar 230 saham. 

“Sepinya pasar lebih diakibatkan investor yang cenderung wait and see,” tuturnya. 

Baca Juga: Inilah Saham Blue Chip Yang Banyak Dibeli Asing Saat IHSG Turun ke 6.947 Rabu (5/6)

Di sisi lain, investor juga sedang menunggu momentum pemotongan suku bunga oleh FOMC.  “Kinerja keuangan beberapa emiten di kuartal I 2024 juga cenderung kurang sesuai ekspektasi, sehingga investor cenderung melakukan aksi profit taking sembari menunggu kebijakan ekonomi di era kepresidenan yang baru,” paparnya.

Daniel pun memproyeksikan IHSG akan turun hingga level 6.700-6.800 di akhir Juni 2024. “Investor saat ini bisa wait and see terlebih dulu sambil menunggu masuknya kembali aliran dana asing,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×