Reporter: Yuliana Hema | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mendekati bulan Mei, idiom sell in May and go away memulai kembali berdengung. Pasalnya, banyak sentimen negatif yang mengepung pasar modal dalam negeri.
Untuk gambaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 4,08% pada Mei 2023. Dalam sepuluh tahun terakhir, IHSG mengalami pelemahan sebesar 0,73%.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan dengan berbagai sentimen negatif yang ada, kemungkinan fenomena sell in may and go away akan terjadi.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Kembali Menguat, Cermati Saham Rekomendasi Analis pada Kamis (25/4)
"Apalagi ada tensi geopolitik yang membuat harga minyak kembali melonjak. Ini membuat pelaku pasar akan berhati-hati pada aset yang berisiko tinggi, termasuk saham," jelas dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (24/4).
Di sisi lain, kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) juga akan menjadi sentimen negatif. Seperti diketahui, BI resmi menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.
Nico bilang, efek negatif ini akan berlangsung dalam jangka pandang, mulai dari pelemahan daya beli dan meningkatnya bunga kredit. Namun dalam jangka pendek langkah yang diambil BI akan diapresiasi oleh pasar.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,90% ke 7.174 Pada Rabu (24/4), BUKA, GOTO, BMRI Jadi Top Gainers LQ45
"Secara jangka pendek diapresiasi, makanya rupiah menguat, bahkan imbal hasil obligasi mengalami kenaikan. Artinya, pelaku pasar sudah menerima kondisi keputusan BI," ucapnya.
Nico menilai saham-saham yang sensitif suku bunga akan terkena dampak negatif, seperti sektor properti, otomotif dan perbankan. Namun dia menilai saham big caps masih bisa dicermati, seperti BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI.
Baca Juga: Akhir Sesi Perdagangan Bursa 24 April 2024, IHSG Berhasil Ditutup di Zona Hijau
Di sisi lain di tengah kenaikan harga komoditas, investor juga bisa mencermati saham-saham minyak dan nikel. Namun Nico mengingatkan investor untuk berhati-hati akan berpotensi balik arah.
“Investor perlu berhati-hati karena volatilitas pasar sedang tinggi, untuk itu hindari sentimen mikro seperti rencana reorganisasi yang akan dilakukan BUMI. Sebaiknya cari saham yang defensif,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News