kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.741.000   2.000   0,12%
  • USD/IDR 16.443   -51,00   -0,31%
  • IDX 6.472   -43,68   -0,67%
  • KOMPAS100 929   2,96   0,32%
  • LQ45 729   2,37   0,33%
  • ISSI 202   -1,52   -0,74%
  • IDX30 380   0,83   0,22%
  • IDXHIDIV20 454   0,28   0,06%
  • IDX80 106   0,50   0,48%
  • IDXV30 109   0,90   0,83%
  • IDXQ30 124   0,29   0,23%

Bitcoin Reserve AS Diperkenalkan, Dinilai Sinyal Positif bagi Regulasi Kripto


Senin, 17 Maret 2025 / 21:24 WIB
Bitcoin Reserve AS Diperkenalkan, Dinilai Sinyal Positif bagi Regulasi Kripto
ILUSTRASI. Representasi mata uang kripto ditampilkan dalam ilustrasi ini, 10 Agustus 2022. REUTERS/Dado Ruvic/Ilustrasi


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Amerika Serikat (AS) tampaknya semakin serius mengadopsi aset digital dengan memperkenalkan Bitcoin Reserve dan U.S. Digital Asset Stockpile. 

Langkah ini dinilai menandai perubahan besar dalam kebijakan kripto global dan menjadi sinyal kuat bagi negara-negara lain untuk mempertimbangkan strategi serupa.

CEO Indodax, Oscar Darmawan menilai kebijakan ini menunjukkan pengakuan AS terhadap Bitcoin sebagai aset strategis. Menurutnya, jika negara sebesar AS mulai membangun cadangan Bitcoin, maka ini bisa menjadi tren global. 

Baca Juga: Hasil Pilpres AS Bakal Menentukan Masa Depan Aset Kripto, Begini Analisisnya

"Negara lain, termasuk Indonesia, perlu mempertimbangkan langkah strategis serupa agar tidak tertinggal dalam perkembangan ekonomi digital,” ujarnya dalam siaran pers seperti dikutip, Senin (17/3).

Kebijakan ini, lanjut Oscar, juga menarik perhatian karena AS tidak hanya menyimpan Bitcoin dan Ethereum, tetapi juga memasukkan XRP dan Solana ke dalam daftar aset digital strategisnya. 

Menurut Oscar, keputusan ini bisa jadi bagian dari dinamika politik dan strategi ekonomi AS dalam menghadapi dominasi aset digital secara global.

Strategi cadangan Bitcoin AS tidak hanya bertujuan untuk diversifikasi aset, tetapi juga mengurangi tekanan penjualan dari institusi pemerintah. 

Baca Juga: Rencana Perubahan Regulasi Kripto di AS Berpotensi Bawa Bitcoin ke Level US$ 70.000

Oscar menjelaskan bahwa jika bitcoin dimasukkan dalam cadangan strategis suatu negara, maka aset tersebut kemungkinan besar tidak akan dijual dalam jangka pendek, yang dapat berdampak pada kestabilan harga bitcoin di pasar.

Di sisi lain, Founder Akademi Crypto, Timothy Ronald melihat langkah ini sebagai sinyal bagi negara lain untuk mengikuti jejak AS. Murutnya, langkah ini mirip dengan momen ketika ETF Bitcoin pertama kali diluncurkan. 

"Dampaknya mungkin belum terasa sekarang, tetapi dalam jangka panjang, kebijakan ini dapat mendorong lebih banyak negara untuk membangun cadangan bitcoin mereka sendiri,” jelasnya.

Beberapa negara lain, seperti Uni Emirat Arab dan Turki, mulai bergerak lebih progresif dengan mempertimbangkan bitcoin sebagai bagian dari cadangan nasional mereka. 

Baca Juga: Reli Bitcoin Mendingin karena Trump Tak Sebut Kebijakan Terkait Kripto

Menurut Timothy, jika tren ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan lebih banyak negara akan mengikuti, termasuk negara-negara dengan ekonomi berkembang seperti Indonesia.

Di Indonesia, regulasi aset kripto masih menghadapi tantangan. Meskipun telah diatur di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), keterlibatan Bank Indonesia (BI) dalam aspek strategis seperti cadangan devisa belum terlihat. 

“Perlu ada keselarasan antara lembaga terkait agar regulasi kripto di Indonesia tidak stagnan. Kita dulu yang paling maju dalam regulasi aset kripto di Asia Tenggara, tetapi kini mulai tertinggal,” tambah Oscar.

Selain itu, adopsi Bitcoin oleh negara bisa memunculkan tantangan baru bagi konsep desentralisasi yang selama ini menjadi nilai utama kripto. Sebab, semakin banyak negara yang mengakumulasi bitcoin, semakin besar pula potensi kontrol institusional terhadap aset ini.

Baca Juga: Bitcoin Dekati Level Tertinggi, SEC AS Beri Kemenangan Kebijakan Pertama untuk Kripto

Dalam konteks global, semakin banyaknya negara yang mengakui bitcoin sebagai aset strategis dapat mendorong perubahan kebijakan di berbagai negara. Oscar berharap Indonesia bisa segera mengambil sikap yang lebih tegas dalam menghadapi perkembangan ini.

Dengan jumlah investor kripto yang telah mencapai lebih dari 30 juta orang di Indonesia, kebijakan yang mendukung pertumbuhan industri ini dapat memberikan manfaat bagi ekonomi digital nasional.

Selanjutnya: Aswata Beberkan Penyebab Penurunan Lini Bisnis Suretyship Tahun 2024

Menarik Dibaca: BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis: Banten, Jakarta, Jawa Barat Berpotensi Hujan Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×