Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin (BTC) kembali menarik perhatian dunia, setelah kembali menembus angka psikologis US$ 100.000 pada Kamis (16/1). Lonjakan harga BTC seiring optimisme pasar terhadap data inflasi yang lebih baik dari perkiraan dan perkembangan positif regulasi kripto di Amerika Serikat (AS).
Laporan terbaru Inflasi Amerika Serikat (AS) pada Desember 2024 dilaporkan mencapai 0,4%. Tingkat inflasi secara tahunan atau year on year mencapai 2,9% sesuai ekspektasi pasar. Sementara itu inflasi inti 3,2%, turun dari bulan sebelumnya dan sedikit lebih baik dari perkiraan sebesar 3,3%.
Data inflasi AS terbaru itu mengindikasikan potensi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve (The Fed), yang membuat investor semakin percaya diri untuk beralih ke aset berisiko seperti Bitcoin.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan bahwa penurunan suku bunga yang diantisipasi oleh pasar telah memberikan angin segar bagi aset kripto. Dengan inflasi yang terkendali, investor melihat Bitcoin sebagai salah satu aset yang menjanjikan untuk lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Baca Juga: CEO JPMorgan Jamie Dimon Masih Skeptis terhadap Bitcoin, Sebut BTC Tak Memiliki Nilai
Selain data inflasi, perubahan kepemimpinan di Securities and Exchange Commission (SEC) turut memberikan sentimen positif terhadap pergerakan aset kripto.
Menurut laporan Reuters, SEC berencana merombak kebijakan kripto dengan memberikan panduan yang lebih jelas terkait status aset kripto sebagai sekuritas. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk menciptakan regulasi yang lebih ramah bagi industri kripto.
‘’Kejelasan regulasi akan menjadi katalis utama dalam menarik minat institusi besar untuk masuk ke pasar kripto. Jika kebijakan ini terealisasi, kita bisa melihat lonjakan lebih lanjut pada harga Bitcoin,” kata Fyqieh dalam riset yang dibagikan, Kamis (16/1).
Mengutip Coinmarketcap, Jumat (17/1) pukul 14.55 WIB, harga Bitcoin berada di level US$101.462. Harga raja kripto ini melesat 7.29% dalam sepekan dan naik sekitar 1.74% dalam 24 jam terakhir.
Baca Juga: Bitcoin Masih Sulit Tembus US$ 100.000, Ini Sebabnya
Namun, Fyqieh berujar bahwa perlu diantisipasi fluktuasi harga menjelang pelantikan Donald Trump. Bitcoin sebelumnya mengalami volatilitas yang cukup tajam, turun di bawah US$90.000 pada hari Senin.
Bitcoin kemudian pulih didorong oleh data Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang berada di bawah ekspektasi, memberikan harapan bagi investor bahwa inflasi sedang menuju tren penurunan. Para analis memproyeksikan Bitcoin dapat terus mempertahankan tren kenaikannya hingga mencapai US$103.000 dalam waktu dekat.
Fyqieh memprediksi bahwa Bitcoin dapat mencapai kisaran US$101.000 hingga US$102.000 dalam beberapa minggu ke depan. Optimisme bagi Bitcoin didukung oleh data ekonomi yang solid dan antisipasi terhadap pelantikan Presiden Donald Trump pada 20 Januari mendatang.
"Bitcoin tampaknya siap melanjutkan tren positifnya di awal tahun 2025. Jika momentum ini terus berlanjut, target berikutnya di US$103.000 bukanlah hal yang mustahil. Namun, investor harus tetap memperhatikan risiko pasar untuk mengoptimalkan peluang di tengah fluktuasi yang tinggi,’’ sebutnya.
Baca Juga: Apakah Harga Bitcoin akan Jatuh di Bawah US$90.000? Simak Analisisnya
Proyeksi pergerakan harga Bitcoin hingga pelantikan Presiden Trump akan sangat bergantung pada kombinasi sentimen makroekonomi dan katalis pasar kripto. Saat ini, Bitcoin telah menembus level resistensi kunci di US$100.000, yang membuka peluang untuk melanjutkan tren bullish menuju target berikutnya di US$ 103.000.
Peluang kenaikan Bitcoin didukung oleh optimisme pasar terhadap rencana kebijakan pro-kripto dari pemerintahan baru, seperti inisiatif untuk membangun cadangan Bitcoin strategis nasional yang dapat memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset strategis.
Namun, beberapa risiko tetap ada. Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan datang dapat memengaruhi sentimen pasar. Probabilitas suku bunga target federal tetap berada di kisaran 425-450 basis poin mencapai 88,8%, menurut alat FedWatch CME Group.
“Meski optimisme tinggi, investor perlu tetap waspada terhadap dinamika pasar global. Bitcoin memiliki potensi besar, namun volatilitasnya harus dikelola dengan strategi yang tepat,” tutup Fyqieh.
Selanjutnya: Masuk Program Satgas Hilirisasi, Pabrik Metanol untuk Biodiesel Bakal Digarap Swasta
Menarik Dibaca: Promo JSM Hypermart 17-20 Januari 2025, Beli 1 Gratis 1 Bakso Sapi-Ikan Baby Nila
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News