kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.210   -85,00   -0,52%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Bisnis Angkutan Bus Penuh Tantangan, Begini Strategi Eka Sari Lorena Transport (LRNA)


Kamis, 26 Juni 2025 / 15:07 WIB
Bisnis Angkutan Bus Penuh Tantangan, Begini Strategi Eka Sari Lorena Transport (LRNA)
ILUSTRASI. PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) menghadapi tantangan berat di industri transportasi di tengah penurunan jumlah penumpang.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID- JAKARTA. Emiten yang bergerak di bidang perusahaan otobus (PO), PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) menghadapi tantangan berat di industri transportasi. LRNA pun mencoba realistis dan mengutamakan efisiensi agar kinerjanya bisa membaik.

Sebagai kilas balik, kinerja di seluruh segmen bisnis LRNA kurang memuaskan pada 2024 lalu. Contohnya, segmen bus AKAP mencatatkan pendapatan Rp 62,24 miliar atau 77% dari target yakni Rp 117,23 miliar.

Realisasi pendapatan bus jarak pendek juga tercatat sebesar Rp 4,46 miliar atau 6% dari target yaitu Rp 10,55 miliar. Begitu pula dengan segmen rental bus yang mencetak pendapatan Rp 14,23 miliar atau hanya 18% dari target sebesar Rp 26,62 miliar.

Baca Juga: Daya Beli Tertekan, Jumlah Pemudik Bus AKAP Turun Drastis di Lebaran 2025

Secara total, pendapatan LRNA tercatat sebesar Rp 80,93 miliar atau merosot 12,94% year on year (yoy) . Rugi bersih LRNA juga membesar 2.048,79% yoy menjadi Rp 16,70 miliar.

Tren negatif ini masih berlanjut memasuki 2025. Pada kuartal I-2025, pendapatan LRNA turun 13,43% yoy menjadi Rp 16,50 miliar. Namun, kali ini rugi bersih LRNA mampu berkurang 26,27% yoy menjadi Rp 6,96 miliar.

Direktur Eka Sari Lorena Transport Rianta Soerbakti mengatakan, LRNA menghadapi persaingan yang ketat di segmen bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

Saat ini, bisa dibilang industri bus AKAP sudah memasuki fase sunset karena harus bersaing secara langsung dengan moda transportasi lain seperti pesawat udara dan kereta api.

 

Terlebih lagi, pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan agar tiap maskapai pesawat segera menurunkan harga tiketnya. Layanan kereta api juga kini semakin diperluas, yang mana armadanya juga telah diperbarui.

“Kami juga menghadapi perang tarif dengan sesama perusahaan otobus,” ujar dia dalam paparan publik, Kamis (26/6).

Di segmen bus jarak pendek, LRNA juga dihadapkan oleh kebijakan work from home (WFH) dan work from anywhere (WFA) yang diterapkan oleh beberapa instansi pemerintah dan swasta di area Jakarta.

Baca Juga: Lebaran 2025, Banyak Kursi Kosong di Bus AKAP Akibat Daya Beli Turun

Padahal, segmen ini menyasar penumpang yang biasa berkegiatan secara commuting, atau bekerja di Jakarta namun tinggal di luar Jakarta.

Sederet tantangan ini sudah dirasakan LRNA dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2024 lalu, LRNA sudah gencar melakukan efisiensi dengan memangkas beberapa rute bus AKAP yang dianggap tidak menguntungkan serta melakukan pengalihan rute (reroute) dengan mempertimbangkan faktor permintaan dari pelanggan dan persaingan pasar.

LRNA juga memperkuat kembali segmen bus jarak dekat, baik melalui layanan Transjabodetabek Reguler (TJR), Jabodetabek Residence Connexion (JRC), dan Jabodetabek Airport Connexion (JAC).

Segmen ini cukup diuntungkan oleh kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang turut memperluas layanan Transjakarta hingga ke kota-kota penyangga Jakarta, sehingga permintaan layanan transportasi umum bakal meningkat.

“Upaya reroute dan penguatan fokus di rute bus jarak pendek baru akan terlihat hasilnya pada 2025,” kata Rianta.

Belum cukup, LRNA juga akan memaksimalkan segmen rental bus. Saat ini, LRNA aktif melakukan tender rental bus dengan beberapa perusahaan.

Baca Juga: Dibandingkan Tahun Lalu, Penjualan Tiket Bus AKAP Jelang Lebaran 2025 Turun 30%

Segmen ini masih memiliki potensi yang tinggi, mengingat ada banyak perusahaan yang butuh angkutan untuk berbagai keperluan, namun tidak memiliki armada.

Jika LRNA berhasil memenangkan tender rental bus, bisa dipastikan perusahaan ini memperoleh tambahan pendapatan. Hasil pendapatan ini bisa diinvestasikan kembali oleh LRNA untuk menambah jumlah armada bus yang akan dioperasikannya.

Tidak hanya itu, LRNA juga hendak masuk ke bisnis jasa kargo dengan menggandeng sister company yakni ESL Express. Diharapkan kolaborasi ini akan segera terwujud dalam waktu dekat.

Manajemen LRNA tidak secara gamblang menetapkan target pendapatan pada 2025 mengingat tantangan yang cukup berat di sektor transportasi darat berbasis bus.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Penjualan Tiket Bus AKAP Turun 40% Dibanding Tahun Lalu

Namun, dengan sejumlah strategi tadi, LRNA menargetkan bisa membukukan arus kas yang positif pada tahun ini. “Kami harap arus kas perusahaan bisa tumbuh 10% sampai 15% dibandingkan 2024 atau setidaknya lebih sehat,” jelas dia.

Merujuk laporan keuangan, per kuartal I-2025 arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi LRNA masih minus Rp 2,01 miliar.

Tak ketinggalan, Manajemen LRNA juga berharap harga minyak dunia dapat segera stabil, sehingga tidak mempengaruhi kebijakan harga BBM di dalam negeri.

Seluruh perusahaan otobus, termasuk LRNA, bakal semakin tertekan jika harga BBM di Tanah Air mengalami kenaikan. “Komponen BBM mencapai 40% dari total biaya langsung yang ditanggung perusahaan,” tandas Rianta.

Selanjutnya: Apakah Benar Terong Bisa Menyebabkan Penyakit Asam Urat atau Tidak? Ini Faktanya

Menarik Dibaca: Apakah Benar Terong Bisa Menyebabkan Penyakit Asam Urat atau Tidak? Ini Faktanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×