kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Bergerak Turun, Simak Prospek Harga Komoditas Energi di Tengah Konflik Timur Tengah


Jumat, 20 Juni 2025 / 20:55 WIB
Bergerak Turun, Simak Prospek Harga Komoditas Energi di Tengah Konflik Timur Tengah
ILUSTRASI. Gejolak di Timur Tengah memang sempat memicu lonjakan harga komoditas energi seperti minyak, gas alam, dan batubara dalam sepekan dan sebulan terakhir. Namun, hari ini kembali turun seiring meredanya kekhawatiran pasar akan eskalasi konflik yang lebih luas. REUTERS/Todd Korol


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai menguat signifikan sejak memanaskan konflik di Timur Tengah, harga sejumlah komoditas energi bergerak melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (20/6).

Berdasarkan Trading Economics, pukul 20.08 wib, harga minyak WTI turun 0,15% dalam 24 jam terakhir ke US$ 73,40 per barel dan harga minyak Brent yang melemah 0,97% ke US$ 76,42 per barel.

Kemudian harga gas alam yang turun 1,81% ke US$ 4 per MMBtu. Sementara itu, batubara cenderung lebih stabil dengan penguatan 0,28% ke US$ 107 per ton.

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Hampir 3%, Pasar Cemas Konflik Israel-Iran Meluas

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan bahwa gejolak di Timur Tengah memang sempat memicu lonjakan harga komoditas energi seperti minyak, gas alam, dan batubara dalam sepekan dan sebulan terakhir. Namun, hari ini kembali turun seiring meredanya kekhawatiran pasar akan eskalasi konflik yang lebih luas, khususnya potensi keterlibatan langsung Amerika Serikat (AS).

"Selain itu, upaya negosiasi diplomatik dari Eropa dan pihak lain telah berhasil meredakan tensi, mengurangi kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak global dari Selat Hormuz, yang secara langsung menekan harga minyak," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/6).

Baca Juga: Beda dengan Minyak Mentah, Batubara dalam Negeri Tak Terdampak Perang Israel-Iran

Sementara itu untuk batubara, meskipun juga terpengaruh sentimen geopolitik tetapi dinamika penawaran dan permintaan regional, seperti cuaca dan tingkat persediaan. Hal tersebut dipandang memiliki peran yang lebih dominan dalam fluktuasi harian.

Dalam jangka pendek, Sutopo menilai prospek harga komoditas energi akan sangat bergantung pada dinamika geopolitik dan pasokan-permintaan. Harga minyak masih berpotensi menguat jika ketegangan kembali memanas, namun saat ini sentimen cenderung menunjuk pada meredanya konflik.

Untuk gas alam, penguatan lebih mungkin didorong oleh cuaca ekstrem yang meningkatkan permintaan atau gangguan pasokan, meskipun produksi yang sedikit naik di AS mungkin menstabilkan harga. Sementara itu, batubara bisa menguat jika permintaan dari negara konsumen utama seperti China dan India melonjak, terutama di tengah gelombang panas, atau jika ada masalah pasokan.

Untuk jangka panjang, minyak akan didukung oleh pertumbuhan ekonomi global dan investasi yang kurang di sektor hulu. Namun di sisi lain, bisa tertekan oleh transisi energi yang cepat dan potensi resesi.

Baca Juga: Erdogan: Turki Temukan Cadangan Gas Alam Baru Senilai US$30 Miliar di Laut Hitam

Gas alam dipandang sebagai 'bahan bakar jembatan' menuju energi terbarukan, didukung oleh peningkatan permintaan LNG. Namun juga tertekan oleh percepatan pembangunan energi terbarukan. Terakhir, batubara masih akan didorong oleh permintaan dari negara berkembang yang bergantung padanya, tetapi tekanan utama datang dari kebijakan dekarbonisasi global dan peningkatan kapasitas energi terbarukan.

Hingga akhir tahun 2025, proyeksi harga komoditas energi menunjukkan gambaran yang bervariasi. Harga minyak diperkirakan akan stabil atau sedikit meningkat dari level saat ini, dengan fluktuasi antara US$ 70 - US$ 90 per barel.

Gas alam diproyeksikan akan diperdagangkan di sekitar US$ 3,62 - US$ 3,74 per MMBtu, sangat bergantung pada pola cuaca. Sementara itu, batubara diperkirakan akan lebih lesu dari tahun sebelumnya, dengan Bank Dunia memproyeksikan harga rata-rata sekitar US$ 120 per ton.

"Kelebihan pasokan batubara global diprediksi masih akan menekan harga, menunjukkan bahwa era puncak batubara mungkin sudah berlalu," tutupnya.

Selanjutnya: Ketidakpastian Masih Tinggi, Harga Komoditas Energi Dapat Dorongan

Menarik Dibaca: 9 Aplikasi Penghasil Uang Terbaik di 2025 yang Layak Dicoba di Waktu Luang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×