Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Industri pertambangan batubara tahun ini mulai kondusif. Hal tersebut mendorong PT United Tractors Tbk (UNTR) berani berinvestasi lebih besar. Anak usaha Grup Astra ini mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 560 juta, atau lebih dari Rp 7 triliun, untuk tahun ini.
Belanja tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu senilai US$ 250 juta. "Sumber pendanaan capex seluruhnya berasal dari kas internal," ujar Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR, Selasa (6/6). UNTR memang memiliki dana internal cukup besar. Kas dan setara kas per kuartal I 2017 mencapai Rp 19,97 triliun.
Mayoritas capex untuk keperluan mine contracting dan penggantian alat. Porsinya 80% dari total capex lantaran kenaikan permintaan alat berat, terutama dari sektor pertambangan.
Tingginya permintaan membuat manajemen UNTR menaikkan target penjualan alat berat menjadi 3.000 unit hingga akhir 2017, dari semula 2.700 unit. "Mungkin ada sedikit penyesuaian ke kinerja akhir tahun karena revisi ini," tutur Sara, tanpa memberikan detail target kinerja UNTR di akhir 2017.
Sebagai gambaran, margin bisnis penjualan alat berat ke sektor pertambangan masih lebih besar dibandingkan ke sektor konstruksi. Di sektor tambang, UNTR bisa sekalian menjual suku cadang karena kerja mesin yang berat. Berbeda dengan sektor konstruksi. Umumnya, penjualan ke sektor ini merupakan penjualan alat berat kategori yang lebih ringan, sehingga memberi margin bisnis lebih tipis.
Di Januari-April 2017, UNTR sudah menjual 1.186 unit alat berat, melompat 72% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Penjualan untuk sektor pertambangan berkontribusi besar. Dari total penjualan 1.186, sebesar 48% adalah penjualan ke tambang. Periode Januari-April 2016, kontribusinya hanya 21%.
Adapun sektor konstruksi berkontribusi 23% di empat bulan pertama tahun ini. Di periode sama tahun sebelumnya, kontribusi penjualan sektor konstruksi mencapai 52%. Jadi, ada peralihan portofolio penjualan di situ.
Coking coal
Selain fokus ke alat berat, UNTR tetap mengembangkan lini bisnis pertambangan. Sekitar 20% capex dialokasikan ke sektor ini. Salah satu proyek yang dikembangkan adalah tambang PT Suprabari Mapindo Mineral. UNTR mengakuisisi perusahaan ini pada akhir kuartal I-2017. Seusai akuisisi, UNTR akan menambang batubara untuk dijual sebagai coking coal, yang bermanfaat bagi industri baja.
UNTR juga menyiapkan dana US$ 10 juta untuk PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Semua dana akan digunakan untuk menunjang bisnis jasa kontraktor. Secara keseluruhan, capex UNTR sudah terserap sekitar US$ 241,6 juta sejak awal tahun.
Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan menilai, kenaikan harga batubara menyokong kinerja UNTR. "Kami menilai ada potensi penguatan laba karena produksi yang menguat dan kenaikan margin anak usaha, yaitu Pamapersada," imbuh dia.
Analis UOB Kay Hyan Sekuritas Adrianus Bias Prasuryo memprediksi, harga batubara masih bakal stabil di level US$ 72US$ 80 per ton. Sehingga, hal ini akan mendorong kinerja UNTR menjadi lebih positif.
Prospek UNTR juga masih akan ditopang sektor konstruksi. Pergeseran portofolio penjualan selama Januari-April memang terjadi. Tapi, lanjut Adrianus, aktivitas pembangunan infrastruktur akan menjadi lebih ramai pasca lebaran nanti.
Mengacu prospek itu, ia merekomendasikan buy UNTR dengan target Rp 29.150 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News