Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Sanny Cicilia
BALI. Sepanjang 2014, rasio harga saham terhadap laba per saham (PER) IHSG paling tinggi dibanding indeks di lima negara dengan bursa efek teraktif di ASEAN. Masih menarik kah pasar saham di Indonesia?
Berdasarkan data Bloomberg, PER indeks saham di Indonesia tahun lalu sebesar 23,52 kali. Sedangkan, Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura rata-rata memiliki PER di bawah 20 kali.
PER Filipina tercatat sebesar 20,74 kali, Thailand sebesar 16,59 kali, Malaysia 15,78 kali, dan terendah, Singapura yang hanya memiliki PER 13,67 kali. Artinya, secara fundamental, rata-rata harga saham Indonesia paling mahal dibanding negara-negara tersebut.
Ito Warsito, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, rasio PE yang tinggi mencerminkan pasar modal Indonesia justru lebih menarik. Pasalnya, permintaan yang tinggi akan membuat harga rata-rata saham bergerak naik.
"Kinerja emiten-emiten Indonesia lebih bagus dibanding bursa lain dalam sektor yang sama," ujarnya, Sabtu (14/3).
Investor asing menyerbu masuk pasar modal Indonesia sejak 2006 hingga 2012. Dalam kurun waktu tersebut, pemodal asing selalu mencatatkan beli bersih alias net buy di pasar sekunder. Hanya di 2013 dana asing di pasar modal kompak keluar dan mencatatkan transaksi jual bersih (net sel) hingga Rp 20,6 triliun.
Namun, di 2014, investor asing kembali masuk dengan angka net buy lebih dari dua kalilipat yang keluar di tahun sebelumnya. Net buy asing di penghujung tahun lalu tercatat sekitar Rp 42,6 triliun.
Hingga Maret 2015, investor asing mencatatkan net buy sekitar Rp 10 triliun.
"Jadi, capital market Indonesia justru lebih menarik," tutur Ito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News