Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Matahari Department Store Tbk meraih kinerja yang kurang memuaskan sepanjang tahun lalu. Analis pun melihat, bukan perkara mudah bagi emiten berkode LPPF tersebut untuk memperbaiki kinerja keuangannya pada tahun ini.
Seperti yang diketahui, meski mengalami kenaikan pendapatan sebesar 2,2% (yoy) menjadi Rp 10,24 triliun, tapi laba bersih emiten anggota indeks Kompas100 ini, tergerus 42,5% (yoy) menjadi Rp 1,09 triliun.
Di samping itu, pertumbuhan penjualan di tiap toko atau same sales store growth (SSSG) yang diraih LPPF hanya mencapai 3,5% sepanjang tahun lalu.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Robert Sebastian menilai, kinerja LPPF masih berpeluang tumbuh di tahun ini, namun cenderung terbatas. Dari sisi SSSG, Robert memperkirakan LPPF akan kembali mencetak SSSG di level satu digit pada tahun ini.
Hal itu masih wajar mengingat penjualan produk LPPF tergolong rendah dalam beberapa tahun terakhir. Tengok saja, LPPF sempat mencetak pertumbuhan SSSG -1,2% di tahun 2017 lalu, sebelum akhirnya kembali tumbuh secara positif di tahun 2018.
“Dari situ, LPPF masih butuh waktu untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatannya secara signifikan,” ujar dia, Selasa (19/3).
Memang, sebagai emiten ritel yang menyasar konsumen kelas menengah, di atas kertas LPPF akan merasakan dampak positif peningkatan dana bantuan sosial dari pemerintah di tahun ini.
Akan tetapi, sentimen tersebut belum tentu efektif bagi LPPF akibat persaingan bisnis yang meningkat.
Menurut Robert, karena kontribusi penjualan online masih minim, kompetitor bisnis bagi LPPF untuk saat ini bukan berasal dari perusahaan e-commerce. Pesaing berat justru berasal dari perusahaan-perusahaan toko khusus atau specialty store.
Walau tidak menyebut contoh nama kompetitor yang dimaksud, Robert bilang toko khusus ini memiliki keunggulan berupa produk-produk yang lebih beragam sekaligus spesifik. Apalagi, lokasi toko khusus ini biasanya masih di satu mal yang sama dengan gerai milik LPPF.
“Keberadaan specialty store bisa merebut konsumen LPPF bila perusahaan tidak membenahi kualitas produknya,” ungkap Robert.
Ia pun masih merekomendasikan beli saham LPPF dengan target Rp 5.250 per saham. Rencana buyback yang dilakukan oleh LPPF diyakini akan memperbaiki kinerja saham emiten tersebut, sehingga menarik bagi para investor.
Apalagi, LPPF dikenal sebagai emiten pemberi dividen yield yang menarik. Walaupun, rasio pembayaran dividen LPPF kini turun dari 70% menjadi 50% terhadap laba bersih akibat faktor penurunan kinerja di tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News