Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Emiten operator jalan tol, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) tetap berencana right issue tahun ini meskipun Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun ini dibatalkan. Perseroan telah mengusulkan kepada Kementerian BUMN untuk melakukan right issue dengan tingkat delusi pemerintah maksimal 10%.
Melalui aksi tersebut, JSMR mengharapkan bisa mengantongi dana segar Rp 8 triliun yang akan digunakan untuk melanjutkan ekspansi proyek tol baru. Tahun ini, perseroan tengah membidik hak pengelolaan enam ruas jalan tol baru melalui proses tender akuisisi dan project initiative sepanjang 352,4 km dengan total perkiraan investasi Rp 49 triliun.
Untuk melakukan investasi tersebut perseroan membutuhkan penambahan ekuitas agar bisa menjaga Debt to Equity Ratio (DER) tidak lebih dari 5 kali dan Interest Coverage Rate (ICR) sedikitnya 1,25 kali. Pasalnya, saat ini perseroan juga tengah melakukan investasi pembangunan jalan tol sepanjang 459,8 km dengan nilai investasi Rp 40,4 triliun yang di targetkan rampung tahun 2018 dan 2019.
Saat ini pembahasan PMN masih tersangkut di DPR. Jika itu dibatalkan, JSMR tetap ingin melakukan penambahan ekuitas. Direktur Utama JSMR, Adityawarman baru-baru mengatakan usulan tersebut pada dasarnya diterima Kementerian BUMN. "Bu Menteri ingin porsi pemerintah tidak boleh kurang dari 60%. Sementara Porsi pemerintah saat ini mencapai 70%." ujarnya.
Suria Dharma, Analis Buana Capital mengatakan right issue tersebut berdampak positif terhadap prospek JSMR ke depan karena bisa memperkuat ruang pendanaan untuk melakukan ekspansi bisnis. Hanya saja yang menjadi persoalan menurut apakah ada yang akan menyerap dana sebesar itu. "Target tersebut over optimis. Sedangkan PMN kemarin hanya berapa?," ujarnya, Kamis (7/4).s
Sebelumnya dalam RAPBN 2016, JSMR hanya diusulkan mendapat PMN Rp 1,25 Triliun. Dengan porsi publik 30% maka dana right issue yang bisa diperoleh perseroan jika PMN terealisasi tidak lebih dari Rp 2 triliun.
Dengan kondisi serapan obligasi di pasar yang masih belum bagus, Suria tidak yakin dana sebesar itu bisa didapat perseroan dari pasar. Menurutnya, itu hanya bisa dicapai jika perseroan bisa mendapatkan investor strategis sebagai stand by buyer.
Senada Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai dana sebesar itu tidak akan bisa diharapkan dari pasar. Jika target tersebut tercapai JSMR harus bisa menggandeng investor strategis. Pasalnya, emiten lain yang juga tengah berencana right issue saat ini lebih banyak diserap oleh internal perusahaan sebagai stand by buyer.
Sementara Liga Maradona, analis Recapital Securitas optimis pemegang saham publik akan menyerap riht issue JSMR senilai Rp 8 Triliun tersebut karena prospek operator tol tersebut cukup positif di tengah upaya pemerintah menggejot pembangunan tol.
"Pembangunan jalan tol baru jadi prioritas pemerintahan Jokowi saat ini. Saya yakin right issue itu akan sangat menarik bagi investor," jelasnya.
Tahun ini JSMR membidik penyertaan di enam ruas tol baru di antaranya yakni Jakarta- Cikampek elevated dari kilometer 48 sampai kilometer 5 sepanjang 36 km, Tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 100 km, Manado- Bitung 39 km dan Pandaan-Malang 40 km, tol Kediri-Kertosono sepanjang 27,9 km. Baru-baru ini, konsorsium JSMR dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) telah memenangkan proyek tol Batang-Semarang sepanjang 75 km.
Dengan prospek yang cukup positif tersebut, Liga yakin JSMR juga bisa dengan mudah menjaring investor strategis yang bisa diajak bekerjasama untuk melakukan ekspansi di jalan tol. Dia bilang, JSMR saat ini memang sangat membutuhkan penambahan ekuitas meskipun rasio utangnya (Debt to Equity Ratio/DER) masih 1,9 kali.
Pasalnya, perseroan tengah melakukan pembangunan jalan tol 459,8 km dan untuk investasi di tol baru juga dibutuhkan modal yang besar. Kendati belum bisa melakukan right issue, Liga menilai peluang JSMR tahun ini untuk mencari utang. JSMR juga berencana menerbitkan obligasi untuk mendanai capex yang dipatok Rp 13,89 triliun tahun serta me-refinancing utang jatuh tempo Rp 1,5 triliun tahun ini.
Menurut Liga prospek JSMR tahun ini masih bagus karena perseroan menargetkan akan mengoperasikan tiga ruas tol baru sepanjang 71 km yakni Tol Surabaya- Mojokerto seksi Krian-Mojokerto, Tol Semarang-Solo seksi Bawen-Salatiga dan Tol Solo-Ngawi seksi Kartasuro-Sragen. Selain itu, lanjutnya, kenaikan tarif 15 ruas tol yang dilakukan perseroan pada November 2015 akan memberikan dampak maksimal tahun ini.
Suria dan Hans juga melihat bahwa prospek JSMR masih positif seiring dengan upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur. Surya optimis tahun ini pendapatan perseroan bisa tumbuh seiring dengan kenaikan tarif tol 6%-25% tahun lalu dan seiring rencana pengoperasian tiga ruas tol baru.
Suria menargetkan pendapatan JSMR Rp 10,69 triliun, naik dari Rp 9,8 triliun pada tahun lalu. Net propit diperkirakan mencapai Rp 1,6 triliunm naik dari Rp 1,46 triliun tahun sebelumnya. Sementara Liga memperkirakan pendapatan bisa mencapai 10,3 triliun dan laba bersih Rp 1,61 triliun tahun ini.
Liga maupun Suria menilai tantangan terbesar JSMR tahun ini adalah kelanjutan sanksi hukum yang dikenakan pada perseroan untuk membayar denda atas pengoperasian tol Kebon Jeruk-Tangerang kepada PT Tirtobumi senilai Rp 1,2 triliun. Jika perseroan kalah dalam proses banding yang telah diajukan keduanya menilai dampaknya akan sangat besar ke kinerja JSMR karena itu setar 16,3% dari pendapatan tahun lalu.
Tantangan lai menurut Liga adalah penurunan tarif tol pada saat lebaran. Jika tarif diturunkan lebih dari 30% maka akan menggerus pendapatan JSMR."Tapi kalau hanya 30% itu tidak akan berdampak sama seperti tahun lalu. Pendapatan JSMR masih tetap tumbuh," ujarnya.
Liga, Surya dan Hans merekomendasikan buy saham JSMR dengan target harga masing-masing Rp 6.650, Rp 6.500 dan Rp 6.150.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News