Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada penutupan akhir pekan, Jumat (27/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,54% ke level 6.196,89. Jika ditotal, dalam sepekan, indeks saham merosot 0,55%.
Lantas, bagaimana prediksi pergerakan IHSG pada pekan depan?
Menurut Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, pada pekan depan, market Indonesia akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen baik eksternal maupun internal. Untuk sentimen eksternal, sentimen pertama adalah meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China sempat. Kondisi ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan AS China yang sudah berlangsung 15 bulan bisa terjadi lebih cepat dari harapan.
Baca Juga: Cuma 4 saham naik, ini 10 saham LQ45 dengan PER terendah (26/9)
Selain itu Amerika secara sementara membebaskan lebih dari 400 tipe dari produk-produk China yang terpukul oleh tarif impor senilai US$ 250 miliar selama tahun ini. "Isu perang dagang naik turun dan mempengaruhi pasar di mana sebelumnya Trump di depan Majelis Umum PBB menuding China "menyalahgunakan" sistem perdagangan internasional," jelas Hans dalam analisisnya yang diterima Kontan.co.id pada Sabtu (28/9).
Dia juga menguraikan, pasar saham global khususnya Amerika sangat terpengaruh oleh isu perang dagang.
Kedua, penyelidikan impeachment atau pemakzulan oleh partai Demokrat terhadap Trump. Hal ini menyusul pernyataan Ketua DPR Nancy Pelosi yang mengumumkan bahwa DPR akan meluncurkan penyelidikan resmi terhadap pemakzulan Trump. Penyelidikan akan dilakukan menyusul terkuaknya transkrip percakapan Trump dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Ada indikasi Trump menggunakan ancaman pemotongan bantuan ekonomi ke Ukraina untuk menghasilkan informasi yang merusak calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden.
Baca Juga: IHSG Hijau, Ini 10 Saham LQ45 dengan PER Tertinggi dan Terendah (26/9)
Rencana impeachment ini dikhawatirkan bisa menutup peluang Donald Trump untuk terpilih lagi pada 2020.
"Presiden Trump mungkin akan berhati-hati dalam negosiasi perang dagang dan bersikap lebih keras dalam negosiasi perang dagang dengan China sehingga meningkatkan kemungkinan resesi global pada tahun depan," papar Hans.
Sentimen eksternal ketiga berasal dari zona Euro di mana perhatian pelaku pasar masih tertuju pada Brexit dan suhu politik di negara tersebut. Tantangan PM Inggris Boris Johnson berasal dari kubu oposisi Partai Buruh yang berniat menggulingkannya melalui mosi tidak percaya dan memicu pemilu dini. Sebelumnya PM Boris Johnson menghadapi desakan untuk mengundurkan diri setelah keputusan Mahkamah Agung menyatakan bahwa tindakannya menunda parlemen sebelum Brexit merupakan pelanggaran hukum.
Baca Juga: Proyeksi IHSG: Ada Potensi Menguat Lagi
Panasnya suhu politik Inggris menjelang keputusan Brexit dikawatirkan menghasilkan keputusan yang tidak optimal. Bila Inggris keluar zona Euro tanpa sebuah kesepakatan yang baik berpeluang memicu resesi di zona Euro.
Bagaimana dengan sentimen dari internal?
Menurut Hans Kwee, meredanya aksi demonstrasi di dalam negeri menjadi sentimen positif bagi market. Akan tetapi, ancaman aksi susulan masih menjadi perhatian pasar. Biarpun tidak berpengaruh signifikan terhadap pasar, tetapi demo yang di ikuti aksi tidak terpuji menimbulkan keluarnya dana Asing dari pasar saham dan berahli ke SBN.
"Kami perkirakaan IHSG berpeluang melemah pada perdagangan Senin dengan support di level 6.191 sampai 6.165 dan resistance di level 6.219 sampai 6.256," paparnya.
Baca Juga: Stabilitas Politik Jadi Sentimen Positif, IHSG Hari Ini Menghijau
Selama sepekan ke depan, lanjut Hans, IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan resistance di level 6.282 sampai 6.318 dan support di level 6.165 sampai 6.986.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News