Reporter: Emma Ratna Fury | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Beberapa hari yang lalu, Bank Indonesia telah menaikkan tingkat suku bunga acuan alias BI rate sebesar 50 basis point (bps) menjadi 7%. Langkah ini ditempuh BI setelah melihat kondisi makro ekonomi Indonesia.
Kenaikan Bi rate ini ternyata mempengaruhi yield dan kupon obligasi, baik itu Surat Utang Negara (SUN) maupun obligasi milik korporat. “Kenaikan kupon yang diberikan merupakan salah satu cerminan ekspektasi inflasi di pasar obligasi,” kata David Sumual, Ekonom Bank Central Asia (BCA) di Jakarta, Selasa (3/9).
Saat ini saja, sudah terjadi kenaikan yield yang cukup signifikan di pasar obligasi. Contoh, obligasi milik negara bertenor 10 tahun, saat ini memiliki kupon 8% ke atas, padahal kondisi sebelumnya obligasi ini hanya menawarkan kupon di kisaran angka 6%-7%.
Kenaikan kupon obligasi negara inilah yang mempengaruhi obligasi korporat termasuk Badan Usaha Milik negara (BUMN) yang juga ikut naik. Tengok saja, tawaran kupon dari obligasi dari PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang menawarkan obligasi dengan benchmark kupon obligasi negara.
Ambil contoh, JSMR menawarkan kupon obligasi bertenor tiga tahun dengan kupon 8,56%-9,75%, kemudian obligasi bertenor lima tahun dengan kupon 8,68-9,87%, dan obligasi bertenor 10 tahun dengan kupon 8,95%-9,95%.
David menilai, korporasi perlu memberikan kupon lebih tinggi obligasinya memiliki daya tarik di mata investor. Namun, investor harus melihat kerja perusahaan tersebut sebelum memutuskan investasi. “Perusahaan dengan rating dan prospek bagus, akan memberikan imbal hasil dan tawaran yang lebih menjanjikan,” imbuh David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News