Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Merger dan akusisi oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) semakin memperkuat posisi EXCL di industri operator telekomunikasi. Dalam jangka panjang, EXCL akan mengantongi pendapatan yang lebih tebal bersama ekosistem baru.
Analis Ciptadana Sekuritas Indonesia Gani mengatakan, rencana merger EXCL dengan FREN akhirnya terungkap yang menciptakan XLSmart Telecom Sejahtera (XLSmart). Struktur kesepakatan penggabungan melibatkan EXCL, FREN, dan Smart Telecom (ST).
Adapun beberapa poin utama dari merger tersebut yakni EXCL akan menjadi entitas yang bertahan dengan FREN, sedangkan Smart Telecom (ST) akan dibubarkan. Sinarmas akan menerima 21,7% saham di XLSmart, sementara saham Axiata akan menjadi 47,9%.
Manajemen XLSmart mengincar sinergi merger tahunan sebesar US$ 300 – US$ 400 juta per tahun dalam 3-4 tahun ke depan. Nilai itu akan diperoleh dari optimalisasi jejak jaringan sejalan dengan upaya menonaktifkan 20-30% situs yang tumpang tindih dari jejak jaringan saat ini yang berjumlah 68 ribu situs.
Baca Juga: Ada Pembatasan Impor Chip AI dari AS, Begini Strategi XL Axiata (EXCL) Hadapi 2025
Gani menambahkan, XL Axiata (EXCL) akan melakukan optimalisasi saluran baik di saluran tradisional maupun digital untuk mencapai nilai sinergi tersebut. Skala operasi yang lebih besar juga akan menguntungkan perusahaan di banyak bidang seperti dalam perluasan jaringan dan pengadaan.
‘’XLSmart juga dapat memanfaatkan kedua ekosistem grup untuk mendorong lebih banyak bisnis, seperti: pusat data, analitik, dan lain-lain,’’ ujar Gani dalam riset 12 Desember 2024.
Poin penting lainnya dari merger EXCL-FREN tersebut yakni XlSmart tetap melanjutkan strategi tiga merek yaitu XL, Axis, dan Smartfren karena diyakini merek-merek ini melayani target pasar yang sangat berbeda. Namun, manajemen XLSmart menyadari akan terdapat risiko kehilangan pelanggan selama dan setelah proses integrasi, dan karenanya akan menyiapkan beberapa inisiatif.
Pada bisnis non seluler seperti Fixed Mobile Convergence (FMC), layanan terkelola, dan solusi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) lainnya, akan berjalan seperti yang dipandu sebelumnya. Hal itu mengingat penggabungan usaha tersebut sebagian besar hanya melibatkan bisnis seluler.
Terkait kepemilikan spektrum, lanjut Gani, EXCL-FREN masih berdiskusi dengan Menko Perekonomian apakah XLSmart dapat mempertahankan 100% spektrum gabungan. Manajemen optimis mengingat kepemilikan spektrum saat ini relatif seimbang di setiap operator, namun keputusan akhir di tangan Pemerintah.
Secara tata kelola, XLSmart akan memiliki jumlah anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang sama, yang berasal dari Sinarmas dan Axiata. Perwakilan dari Axiata akan duduk sebagai CEO untuk memimpin perusahaan (XLSmart). Namun mengingat kepemilikan yang sama, XLSmart juga akan memiliki mekanisme untuk menyelesaikan situasi kebuntuan jika terjadi.
Kendati demikian, Gani menilai bahwa sinergi penggabungan usaha EXCL dan FREN tersebut mungkin butuh waktu untuk terwujud. Pada saat ini, PT Indosat Tbk (ISAT) dipandang lebih menarik di tengah lanskap persaingan yang semakin ketat di industri telekomunikasi.
‘’Meskipun kami yakin sinergi akan berjalan lancar, hal ini (merger) mungkin memerlukan waktu untuk terwujud dan nilainya mungkin tidak sesuai dengan harapan awal,’’ sebut Gani.
Baca Juga: Ini Susunan Direksi XLSmart, Bakal Minta Restu RUPS EXCL di Maret 2025
Analis Mirae Asset Sekuritas Daniel Widjaja memandang, langkah EXCL merger dengan FREN dan juga Link Net (LINK) tentunya akan berdampak positif pada kinerja jangka panjang. Sebab, penggabungan bisnis artinya ada tambahan pelanggan (subscriber) baru dengan variasi paket yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen disertai ekspansi jaringan.
Berdasarkan survei Mirae Asset Sekuritas, EXCL pun sudah meningkatkan harga jual paket mobile mereka dari kuartal ketiga 2024. Sejauh ini, belum ada penurunan harga paket yang mengindikasikan bahwa permintaan pelanggan masih stabil.
Penggabungan usaha EXCL dengan FREN juga membuka peluang integrasi ke depannya. Hal itu mengingat Sinar Mas Group memiliki ekosistem intensif di ruang digital seperti di bisnis pusat data dan dompet elektronik/pembayaran lewat DANA.
‘’Pastinya integrasi dengan FREN juga membuka peluang adanya integrasi ekosistem dari Sinarmas Group,’’ kata Daniel saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/1).
Namun, Aditya sepakat bahwa dampak merger EXCL dengan FREN mungkin belum terlihat tahun ini. Masa awal penggabungan usaha kedua perusahaan telekomunikasi itu harus menanggung biaya-biaya konsolidasi dan Average Revenue Per User (ARPU) FREN juga relatif lebih rendah dibandingkan EXCL.
Sementara itu, Analis Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga melihat, EXCL terus memperkuat kehadirannya di segmen Fixed Broadband (FBB) berkat akusisi Link Net (LINK). Hal itu tercermin dari pertumbuhan basis pelanggan menjadi 289 ribu, bertumbuh 40% yoy dan 8% qoq selama Januari – September 2024.
Solidnya bisnis Fixed Broadband emiten Axiata Group itu merupakan wujud dampak akuisisi LINK oleh EXCL pada akhir September 2024 lalu. Penggabungan usaha itu telah mengalihkan sekitar 750 ribu pelanggan First Media milik LINK ke EXCL.
Alhasil, total pelanggan bisnis FBB EXCL mencapai lebih dari 1 juta pada tahun 2024. Selain itu, emiten sektor telko ini telah memperluas jangkauan layanannya hingga mencapai 6 juta home passed di 127 kota di Indonesia.
‘’Dengan sinergi akuisisi ini, EXCL telah memposisikan dirinya sebagai pemain FBB terbesar kedua setelah IndiHome. Di masa mendatang, kami yakin bahwa segmen FBB EXCL memiliki prospek yang solid,’’ ungkap Aditya dalam riset 25 November 2024.
Baca Juga: Dua Direktur XL Axiata (EXCL) Ajukan Pengunduran Diri, Ada Apa?
Survei opensignal menunjukkan bahwa kecepatan unduh dan unggah EXCL kompetitif dibandingkan dengan pesaing. Ini memberikan peluang bagi EXCL untuk meningkatkan penetrasi pasar dan memperkuat pengalaman dan loyalitas pelanggan.
Bisnis Fixed Broadband diharapkan menjadi mesin pertumbuhan baru XL Axiata pasca akuisisi Link Net, dengan fokus pada perluasan jaringan dan penetrasi pasar strategis khususnya di luar pulau Jawa.
Aditya melanjutkan, adopsi teknologi akan memperkuat posisi EXCL di pasar melalui aplikasi digitalnya, yang telah mencapai 32,2 juta pengguna dan memiliki penetrasi 55%. Aplikasi digital seperti MyXL menawarkan fleksibilitas kuota, bonus akumulatif, dan periode aktif untuk meningkatkan pendapatan sekaligus membangun loyalitas pelanggan.
Aditya mempertahankan rekomendasi Buy untuk EXCL dengan target harga Rp 2.900 per saham. Risiko yang mungkin terjadi adalah persaingan pasar yang ketat dan hambatan ekspansi di luar Jawa karena daya beli yang rendah dan biaya pengembangan yang tinggi.
Daniel turut merekomendasikan Buy untuk EXCL dengan targer harga di Rp 2.900 per saham. Sedangkan, Gani menyarankan Buy untuk EXCL dengan target harga sebesar Rp 3.000 per saham.
Selanjutnya: Bank Aladin Syariah Rayakan HUT ke-3,Gelar Berbagai Kegiatan&Bagikan Bingkisan di CFD
Menarik Dibaca: Hujan Turun di Daerah Mana? Ini Ramalan Cuaca Besok (21/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News