kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   42.000   1,86%
  • USD/IDR 16.650   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.174   -10,34   -0,13%
  • KOMPAS100 1.138   -5,82   -0,51%
  • LQ45 833   -3,84   -0,46%
  • ISSI 282   -1,65   -0,58%
  • IDX30 438   -2,26   -0,51%
  • IDXHIDIV20 505   -3,80   -0,75%
  • IDX80 128   -0,78   -0,61%
  • IDXV30 136   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 139   -0,86   -0,61%

Window Dressing Pasar Saham 2025 Belum Tentu Maksimal, Ini Faktor Penyebabnya


Jumat, 31 Oktober 2025 / 08:53 WIB
Window Dressing Pasar Saham 2025 Belum Tentu Maksimal, Ini Faktor Penyebabnya
ILUSTRASI. Jelang akhir tahun, pelaku pasar saham bersiap menyambut window dressing yang sudah menjadi tradisi


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham bersiap menyambut window dressing yang sudah menjadi tradisi setiap menjelang akhir tahun. Namun, ada kemungkinan fenomena window dressing pada 2025 tidak begitu terasa seperti periode sebelumnya.

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, biasanya aksi window dressing di bursa saham muncul dalam dua bulan terakhir sebelum tutup tahun. Namun, khusus 2025, kemungkinan fenomen ini tidak akan sekuat seperti periode 2021—2023.

Sebab, masih banyak ketidakpastian kondisi makroekonomi global, mulai dari perang tarif Amerika Serikat (AS)—China, konflik geopolitik di beberapa Kawasan, hingga kelanjutan potensi pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada awal 2026. “Sementara di dalam negeri, likuiditas investor institusi masih ketat,” ujar dia, Kamis (30/10/2025) malam.

Baca Juga: Cek Harga Emas Antam Hari Ini (31/10), Melonjak Rp 42.000 Jadi Rp 2.305.000 Per Gram

Window dressing juga sulit terjadi secara optimal lantaran belum meredanya risiko outflow asing dari pasar saham Indonesia, yang mana net sell asing sudah mencapai lebih dari Rp 47 triliun secara year to date (ytd). Belum lagi, ada potensi profit taking pada saham-saham big caps yang sudah sempat rebound.

“Faktor eksternal seperti pelemahan rupiah dan harga komoditas juga dapat menahan optimisme pasar,” tutur dia.

Walau demikian, ada beberapa sektor yang kemungkinan bakal tetap jadi incaran para Manajer Investasi (MI) untuk mempercantik portofolio jelang akhir tahun. Di antaranya adalah perbankan, consumer, dan telekomunikasi yang notabene memiliki likuiditas tinggi dan bobot besar di indeks.

Dari situ, saham-saham seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) berpotensi menjadi target utama MI.

Di sisi lain, ada peluang juga pada saham-saham lapis kedua defensive seperti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang valuasinya masih menarik dan punya kinerja stabil.

 

Lantas, dengan asumsi inflow investor domestic tetap kuat dan tekanan global tidak bertambah parah, maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan Wafi akan ditutp di kisaran 8.400 pada akhir 2025.

“Tapi, kalau window dressing-nya agresif, best case-nya bisa menyentuh sekitar 8.600,” tandas dia.

Selanjutnya: Pasar Kripto Berdarah, Likuidasi Tembus US$ 1,1 Miliar Meski The Fed Pangkas Bunga

Menarik Dibaca: Pasar Apartemen Mewah Tetap Bergairah, Le Parc Tawarkan Potensi Rental Yield Menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×