Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks utama Wall Street melemah pada hari Kamis setelah lelang Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) membuat imbal hasil obligasi lebih tinggi. Sementara investor sudah mencerna data yang menunjukkan harga konsumen naik lebih dari yang diperkirakan pada bulan September.
Kamis (12/10), Dow Jones Industrial Average turun 173,77 poin atau 0,51% menjadi 33.631,14. Indeks S&P 500 kehilangan 27,34 poin atau 0,63% menjadi 4.349,61. Sedangkan Nasdaq Composite kehilangan 85,46 poin atau 0,63% menjadi 13.574,22.
Meningkatnya biaya hunian mendorong harga konsumen lebih tinggi pada bulan lalu. Sementara kenaikan tahunan pada angka inflasi inti, tidak termasuk komponen pangan dan energi, merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir.
Setelah data inflasi dirilis, S&P 500 menghabiskan pagi hari dengan zig-zag antara merah dan hijau. Wall Street berubah melemah setelah jam 1 siang. Permintaan yang tipis terjadi pada lelang US Treasury tenor 30 tahun pada pukul 13.00 EDT atau 00.00 WIB tadi malam.
"Hambatan terbesar yang dihadapi pasar dalam dua bulan terakhir adalah kenaikan suku bunga. Setiap pergerakan berarti pada hari tertentu akan berdampak pada saham," kata Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas. di Wedbush Securities di Los Angeles kepada Reuters.
Baca Juga: Ketidakpastian Global Membayangi, Atur Lagi Portofolio Investasi di Kuartal IV
Dia menambahkan, setelah lelang hari Kamis, besarnya kenaikan suku bunga menyebabkan penurunan yang signifikan pada saham secara keseluruhan.
Imbal hasil acuan US Treasury bertenor 10 tahun naik setelah data inflasi dirilis dan naik lebih jauh hingga mencapai sesi tertinggi setelah lelang. Imbal hasil acuan naik menjadi 4,728%, setelah turun selama dua hari berturut-turut.
Kenaikan imbal hasil (yield) terutama menekan sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti utilitas dan real estat, yang sering dipandang sebagai proksi obligasi.
Saham-saham pembangunan rumah turun setelah data tersebut dirilis. Saham-saham ini berada di bawah tekanan yang lebih besar setelah kenaikan imbal hasil obligasi pada sore hari.
Dari 11 sektor utama S&P 500, energi dan teknologi informasi, mengalami tekanan paling sedikit selama sesi tersebut.
Baca Juga: IHSG Naik 0,05% Hari Ini (12/10), Simak Proyeksinya untuk Jumat (13/10)
Para pedagang sekarang memperkirakan peluang yang lebih besar bagi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunganya pada tahun ini, dan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lagi pada tahun depan.
Presiden Fed Boston Susan Collins, yang tidak memiliki hak suara di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga tahun ini, kemarin mengatakan bahwa meskipun peluang ekonomi untuk keluar dari resesi semakin besar, ada kemungkinan bank sentral tetap menaikkan suku bunga untuk mencapai target inflasi.
Sementara itu, Israel mengatakan tidak akan ada jeda dalam pengepungan Jalur Gaza untuk mendapatkan bantuan atau evakuasi sampai semua sandera dibebaskan.
Baca Juga: Musim Pembagian Dividen Tiba, Indeks IDX High Dividend 20 Bisa Dilirik
Fokus investor akan segera beralih ke musim laporan keuangan pada hari Jumat. Bank-bank besar termasuk JPMorgan Chase, Wells Fargo, dan Citigroup melaporkan angka triwulanan mereka sebelum pasar dibuka.
Di antara saham-saham individual, Fastenal menguat setelah perusahaan perlengkapan industri ini mengalahkan perkiraan laba kuartal ketiga.
Harga saham Ford Motor jatuh setelah serikat pekerja United Auto Workers (UAW) memperluas pemogokan mereka di pabrik terbesar dan paling menguntungkan perusahaan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News