Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street dibuka menguat pada awal perdagangan Rabu (19/3), menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve.
Mengutip Reuters, pada pukul 09:48 ET, Dow Jones Industrial Average naik 211,05 poin, atau 0,51% ke level 41.792,36, S&P 500 naik 23,94 poin, atau 0,43% ke level 5.638,60, dan Nasdaq Composite naik 96,19 poin, atau 0,55% ke level 17.600,31.
Delapan dari 11 sektor S&P 500 naik, dipimpin oleh kenaikan 0,8% pada saham konsumen diskresioner.
Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25%-4,50%.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Turun Selasa (18/3), S&P 500 Anjlok 1% Jelang Keputusan The Fed
Para pedagang memperkirakan Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya dua kali, masing-masing 25 basis poin yakni pada bulan Desember, dan yang pertama diperkirakan pada bulan Juli, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG.
Fokus akan tertuju pada proyeksi ekonomi baru dari para pembuat kebijakan yang akan memberikan gambaran tentang bagaimana menurut mereka kebijakan Presiden AS Donald Trump akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pengangguran.
Gubernur Fed Jerome Powell dijadwalkan untuk berpidato di kemudian hari.
"The Fed menghadapi ketidakpastian yang sama dengan para pelaku pasar dalam hal bagaimana tarif akan benar-benar berlaku," kata Jordan Rizzuto, kepala investasi di GammaRoad Capital Partners.
Uni Eropa akan memperketat kuota impor baja untuk mengurangi arus masuk hingga 15% lebih lanjut mulai April, kata seorang pejabat senior Uni Eropa, dalam sebuah langkah yang bertujuan untuk mencegah baja murah membanjiri pasar Eropa setelah Washington memberlakukan tarif baru.
Saham Boeing melonjak 6% setelah pembuat pesawat itu mengatakan tidak melihat dampak jangka pendek dari tarif.
Baca Juga: Wall Street Melemah Jelang Pertemuan The Fed, Fokus Tertuju pada Efek Tarif Trump
Para analis mengatakan bahwa pasar sekarang sedang menunggu pengumuman Trump mengenai hambatan perdagangan timbal balik pada tanggal 1 April.
Saham naik 3,1% setelah pembuat kendaraan listrik tersebut mencatat penurunan selama dua sesi terakhir.
Saham AS mengalami tekanan jual yang parah dalam beberapa minggu terakhir setelah serangkaian indikator ekonomi mengisyaratkan perlambatan ekonomi AS di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan.
Beberapa perusahaan juga telah menurunkan perkiraan tahunan mereka, yang terbaru adalah General Mills. Pemilik Pillsbury tersebut menurunkan prospek penjualan tahunannya, yang menyebabkan sahamnya turun 3,5%.
Selanjutnya: Perhimpunan Pelajar Indonesia Sebut RUU TNI Ciderai Demokrasi dan Reformasi
Menarik Dibaca: PLN Perkuat Talenta Masa Depan dengan Program Ikatan Kerja ITPLN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News