Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street ditutup di level tertinggi baru pada Selasa (12/12) setelah data inflasi tidak banyak mengubah pandangan mengenai waktu penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Investor menanti keputusan kebijakan terakhir The Fed tahun ini.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 173,01 poin, atau 0,48% ke level 36,577.94, S&P 500 naik 21,26 poin, atau 0,46% ke level 4,643.70 dan Nasdaq Composite naik 100,91 poin, atau 0,70% ke level 14,533.40.
Dow Jones ditutup pada level tertinggi sejak 4 Januari 2022, S&P 500 pada penutupan tertinggi sejak 14 Januari 2022, dan Nasdaq pada level penutupan tertinggi sejak 29 Maret 2022.
Baca Juga: Wall Street Turun Tipis Setelah Data Inflasi AS yang Lemah
Sektor energi menjadi sektor dengan kinerja terburuk dari 11 sektor utama S&P, turun 1,35% karena harga minyak mentah turun hampir 4%.
Namun, sektor teknologi termasuk yang memiliki kinerja terbaik, naik selama empat sesi berturut-turut dan ditutup pada rekor tertinggi 3.344,07, berada di jalur persentase kenaikan tahunan terbesar sejak 2019.
Saham induk Google, Alphabet, merosot 0,58% setelah pembuat "Fortnite", Epic Games, menang dalam uji coba antimonopoli tingkat tinggi atas perusahaan tersebut.
Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 10,52 miliar saham dengan rata-rata 10,95 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan November naik 3,1% secara tahunan, sejalan dengan perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Reuters, karena penurunan harga bensin dibayangi oleh kenaikan harga sewa.
Inflasi inti, tidak termasuk barang-barang yang bergejolak seperti biaya pangan dan energi, juga sesuai dengan ekspektasi, menunjukkan kenaikan tahunan sebesar 4%. Secara bulanan, inflasi konsumen naik 0,1% pada bulan lalu.
Baru-baru ini, pasar memperkirakan suku bunga oleh The Fed segera pada Maret. Namun para pedagang mengurangi spekulasi tersebut dan sekarang memperkirakan The Fed akan menurunkan suku buga pertamanya apda Mei 2024.
Ekspektasi pemotongan setidaknya 25 basis poin pada bulan Maret turun menjadi 43,7%, dari sekitar 50% sebelum data dirilis, menurut FedWatch Tool dari CME Group.
Pasar kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sekitar 78% pada bulan Mei, naik dari sekitar 75% pada hari Senin.
“Pasar tentu saja berasumsi bahwa inflasi akan terus turun, bahwa pendapatan pada tahun depan akan menunjukkan pertumbuhan yang layak dan The Fed akan menurunkan suku bunganya,” kata Scott Wren, ahli strategi pasar global senior di Wells Fargo Investment Institute di St. Louis.
Baca Juga: Wall Street Menguat dan Catat Rekor Baru di 2023, Investor Cermati Data Inflasi
"Pasar mengandalkan lebih banyak soft landing yang akan memungkinkan The Fed untuk melakukan pelonggaran kebijakan."
Wren juga mengatakan saham-saham menghadapi resistensi pada level tertingginya tahun ini, dengan dorongan kuat ke sisi atas tidak mungkin terjadi dalam jangka waktu dekat hingga menengah.
Faktor lain yang mengurangi volatilitas adalah berakhirnya masa berlaku opsi pada akhir minggu.
Pasar akan melihat kembali data inflasi dalam bentuk Indeks Harga Produsen (PPI) sebelum semua fokus tertuju pada pengumuman kebijakan The Fed pada akhir pertemuan dua harinya pada hari Rabu.
Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris juga dijadwalkan menyampaikan keputusan kebijakannya pada akhir pekan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News