Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penjualan semen dalam negeri melemah selama semester I tahun ini. Meski begitu, Maybank Sekuritas Indonesia memperkirakan, volume penjualan di semester II tahun ini masih lebih kuat dan mempertahankan pandangan positif di sektor semen.
Volume semen domestik Indonesia pada semester I tahun ini melemah 3,1% secara tahunan terutama disebabkan penurunan penjualan semen curah sebesar -10,2% secara tahunan, sementara volume semen kantong relatif stagnan. "Kami memperkirakan kondisi ekonomi yang masih lemah dapat membatasi pemulihan permintaan dalam jangka pendek. Namun, kami meyakini bahwa kebangkitan belanja infrastruktur pemerintah merupakan kunci utama," ujar Kevin Halim, Analis Maybank Sekuritas Indonesia dalam riset 21 Juli 2025.
Dengan latar belakang tersebut, Kevin memperkirakan volume penjualan semen akan membaik pada semester II tahun ini seiring meningkatnya aktivitas konstruksi. "Kami mempertahankan pandangan positif terhadap sektor ini, mengingat valuasi saham yang tergolong paling murah di kawasan Asia Tenggara seolah-olah pasar berada dalam kondisi penurunan struktural," ujar dia dalam riset.
Baca Juga: Optimalkan Ekspor Semen, Solusi Bangun (SMCB) Kebut Pembangunan Dermaga di Tuban
Maybank Sekuritas masih merekomendasikan buy saham emiten semen saat harga melemah. Ini karena risiko penurunan dari lemahnya volume seharusnya dapat diredam oleh program pembelian kembali saham (buyback) yang sedang berlangsung.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) misalnya masih memiliki anggaran Rp 2,25 triliun untuk buyback yang belum direalisasikan. Sementara PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mempunyai anggaran buyback saham sebesar Rp 300 miliar di mana 10% telah direalisasikan.
Meski penjualan semen di semester I tahun ini turun 3,1% secara tahunan, Maybank Sekuritas menyebut, INTP masih menjadi pilihan saham menarik. Menurut Kevin, penurunan tersebut karena volume industri pada kuartal II tahun 2025 tumbuh 6,3% secara kuartalan dan masih naik 1,8% secara tahunan berkat dampak musiman dari Hari Raya Idulfitri.
Namun secara keseluruhan, volume penjualan semester I masih masih melemah 3,1% secara tahunan. "Penjualan semen curah tetap menjadi penekan utama, turun 10,2% secara tahunan, mencerminkan terbatasnya belanja infrastruktur pemerintah. Sementara itu, volume semen kantong stagnan," papar Kevin dalam riset.
Penjualan di wilayah Banten, Jawa Timur, Sumatra, dan Indonesia Timur masih mencatatkan pertumbuhan, sedangkan wilayah lainnya mengalami penurunan. Per semester I tahun ini, pangsa pasar INTP tetap tangguh di 29,5% (+0,1%pt YoY), sedangkan pangsa pasar SMGR turun 2,4%pt YoY menjadi 47,6%, dari basis tinggi akibat peluncuran merek ‘Merdeka’ pada awal 2024.
Baca Juga: SCG Fokus pada Inovasi Berkelanjutan untuk Dorong Pertumbuhan Bisnis di Indonesia
INTP tetap menjadi pilihan utama karena pangsa pasar yang stabil dan efisiensi biaya yang solid. "Kami memperkirakan kinerja kuartal II tahun ini akan lemah untuk SMGR dan INTP. INTP diperkirakan akan memenuhi ekspektasi, sementara SMGR berpotensi meleset dari estimasi," papar Kevin.
Kevin menyebut, margin diperkirakan akan membaik secara marginal karena volume tumbuh 1,9%–2% secara kuartalan, namun kemungkinan belum cukup untuk mencapai skala ekonomi yang signifikan. "Harga jual rata-rata (ASP) juga diperkirakan tetap datar secara kuartalan," ujar dia.
Menurut perhitungan Kevin, laba bersih SMGR di semester I tahun ini diperkirakan mencapai Rp 183 miliar, turun 63,6% secara tahunan. Realisasi tersebut menurut Maybank Sekuritas berkontribusi sebesar 17% dan 20% dari estimasi konsensus.
Laba bersih INTP jauh lebih baik karena naik 9,4% secara tahunan sebesar Rp 457 miliar. Hasil tersebut berkontribusi sebesar 23% dari estimasi Maybank Sekuritas dan 25% dari konsensus.
Keduanya dijadwalkan melaporkan kinerja kuartal II pada akhir Juli.
"Di lapangan, kami mengamati permintaan semen dari konsumen masih lemah. Namun demikian, harga mulai menunjukkan stabilisasi," ujar Kevin. Berdasarkan pemantauan harga yang dilakukan Maybank Sekuritas pada Juli 2025, harga semen tetap solid untuk merek Tier-2 dan Tier-3.
Sementara merek semen Tier-1 mencatatkan sedikit kenaikan dan harga semen merek ‘fighting brand’ cenderung stagnan "Promosi masih ditemukan di beberapa wilayah dengan pertumbuhan lemah, tetapi belum bersifat masif menurut hasil pengecekan kanal distribusi kami," ujar Kevin dalam riset.
Baca Juga: Pasar Lesu, Cermati Rekomendasi Saham Produsen Semen
Maybank Sekuritas memperkirakan persaingan akan mereda di semester II tahun 2025 seiring dengan pulihnya volume akibat faktor musiman.
Karena itu, Kevin memberi rekomendasi beli saham INTP dan SMGR dengan target masing-masing di Rp 7.200 dan Rp 3.400 per saham. Senin (21/7), saham INTP ditutup naik 1,46% menjadi Rp 5.200 sementara saham SMGR turun 3,86% menjadi Rp 2.490 per saham.
Selanjutnya: Catat Prakiraan Cuaca Hari Ini Sulawesi Selatan: Makassar, Palopo, Toraja, & Lainnya
Menarik Dibaca: Cara Membuat Halaman Facebook Lewat HP & Laptop, Bisa untuk Jualan Online
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News