Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Berdasarkan materi paparan publik, gross margin GGRM menurun dari 18,9% pada semester 1-2019 menjadi 16,1% pada semester 1-2020. Sementara itu, laba bersih GGRM terkoreksi 10,7% yoy, dari Rp 4,28 triliun menjadi Rp 3,82 triliun.
Terkait proyeksi pendapatan dan volume penjualan hingga akhir tahun 2020, GGRM belum bisa memprediksikan angkanya.
"Mengingat, pandemi Covid-19 masih memiliki dampak pada daya beli masyarakat khususnya di level bawah. Alhasil, susah sekali untuk menentukan kapan atau akan ada tidaknya kesempatan kami untuk menaikkan harga jual tanpa menciptakan penurunan volume yang lebih dalam," ungkap Heru.
Baca Juga: Saham-saham yang dikoleksi asing saat IHSG menguat 0,90% ke 5.295, Selasa (18/8)
Rencana kenaikan tarif cukai 2021
Pemerintah berencana untuk kembali menaikkan tarif cukai di atas 8% pada 2021 mendatang. Merespons hal ini, Heru mengatakan bahwa Gudang Garam belum memperoleh dokumen angka persis kenaikannya sehingga belum bisa memperhitungkan dampaknya.
Yang jelas, apabila kenaikan cukai tidak bisa diteruskan pada kenaikan harga jual, maka akan menggerus keuntungan perusahaan.
"Pada saat yang sama, kalau kami naikkan harga, maka itu bergantung pada pertumbuhan daya beli konsumen. Jadi kalau daya beli tetap lemah, tentu akan terjadi penurunan volume," ucap dia.
Menurut Heru, GGRM berusaha untuk tidak menjadi perusahaan dengan harga rokok paling mahal. Oleh karena itu, setiap kenaikan tarif cukai bakal diteruskan ke kenaikan harga jual secara bertahap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News