kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Utang besar BUMN, sektor mana yang paling tertekan?


Kamis, 24 Oktober 2019 / 20:44 WIB
Utang besar BUMN, sektor mana yang paling tertekan?
ILUSTRASI. Layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Ambil contoh PT PP Tbk (PTPP). Direktur Keuangan PTPP Agus Purbianto menjelaskan, PTPP telah menyerap anggaran belanja modal sebesar Rp 3,45 triliun hingga kuartal ketiga. “Rencana penyerapan sampai dengan akhir tahun sebesar Rp 5,4 triliun,” jelas dia.

Serapan tersebut rencananya digunakan untuk properti sebesar Rp 1,48 triliun, infrastruktur Rp 2,89 triliun, energi Rp 178 miliar dan peralatan konstruksi Rp 877 miliar. Salah satu pendanaan berasal dari penerbitan surat utang atau obligasi. Dengan langkah tersebut PTPP berencana menambah utang dengan nilai maksimal Rp 1,5 triliun. Saat ini obligasi masih dalam tahap penawaran awal.

Baca Juga: Holding farmasi di depan mata, simak prospek Kimia Farma (KAEF) dan Indofarma (INAF)

Sebagai gambaran, per semester I-2019 PTPP tercatat memiliki utang sebesar Rp 37,1 triliun. Total utang ini terdiri dari utang jangka pendek sebesar Rp 26,49 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp 10,61 triliun.

Sementara total ekuitas PTPP mencapai Rp 16,4 triliun. Sehingga DER PTPP mencapai 2,26 kali. Menurut Nico rasio ini terbilang aman.  Adapun posisi kas pada akhir periode tercatat sebesar Rp 4,98 triliun.

Baca Juga: PTPP keukeuh ingin pegang saham mayoritas Krakatau Tirta Industri

Dalam waktu dekat, PTPP harus melunasi utang jatuh tempo senilai Rp 250 miliar. Jumlah tersebut berasal dari utang kepada Bank Mandiri Syariah sebesar Rp 50 miliar jatuh tempo pada 1 November 2019, utang kepada Bank Tabungan Negara sebesar Rp 100 miliar jatuh tempo pada 18 Desember 2019 dan MTN Tahap V Tahun 2016 yang jatuh tempo pada 16 Desember 2019 senilai Rp 100 miliar. “Itu utang dilunasi dari pencairan piutang dan itu bergulir, Nah atas utang yang dipergunakan untuk investasi di refinancing,” ujar Agus.

Agus berencana melakukan refinancing dengan upaya penerbitan instrumen jangka panjang seperti obligasi dan pinjaman sindikasi perbankan dengan tenor minimal lima tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×