Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
Gangguan distribusi
Dari dalam negeri, proses pengiriman batubara dari Kalimantan terkendala karena hujan menganggu jalur distribusi laut. Akibatnya terdapat 100 kapal besar dry-bulk yang menunggu di sepanjang pesisir Kalimantan, terutama di Samarinda dan Taboneo. "Kondisi pasokan tertahan ini bisa sampai tahun baru China," jelas Wahyu.
Alhasil, Wahyu memperkirakan harga batubara acuan (HBA) Indonesia di Januari 2018 ini bisa naik 1,6% ke US$ 95,54 per metrik ton, dibandingkan Desember lalu. Maklum, permintaan batubara Indonesia untuk kawasan Asia, seperti Vietnam, Korea Selatan dan Jepang, masih tinggi.
Secara teknikal, Wahyu melihat, harga batubara rentan mengalami koreksi jangka pendek, karena harga sudah naik tinggi. Hal ini terlihat dari indikator moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang menguat. Tapi, dalam jangka pendek, terdapat potensi overbought pada indikator stochastic 14 hari yang sudah berada di level 90.
Wahyu memperkirakan harga batubara Senin (22/1) terkoreksi dan bergerak di kisaran US$ 105,20–US$ 107 per ton. Sepekan ke depan, harga akan bergerak di kisaran US$ 103–US$ 109 per ton.
Deddy juga melihat potensi koreksi harga batubara. Indikator RSI dan stochastic sudah berada di area overbought, masing-masing di level 72 dan 86. Iniadalah sinyal koreksi kuat. Namun indikator MA masih bergulir di garis atas dan MACD positif.
Deddy memperkirakan harga batubara bergerak di rentang US$ 104,8–US$ 107 per ton sepekan ke depan. Senin ini, harga akan bergerak antara US$ 105,68–US$ 106,80 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News