kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

UNTR Makin Agresif Ekspansi Non-Batubara, Intip Rekomendasi Sahamnya


Minggu, 10 Maret 2024 / 08:53 WIB
UNTR Makin Agresif Ekspansi Non-Batubara, Intip Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Bongkar muat batubara dari kapal ke truk pengangkut di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara, Rabu (11/3). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/11/03/2015


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) tancap gas melanjutkan ekspansi memperluas portofolio bisnis non-batubara. Terbaru, UNTR kembali melebarkan sayap ke segmen panas bumi dengan rencana akuisisi terhadap PT Supreme Energy Rantau Dedap.

Perjanjian jual beli saham telah ditandatangani pada 1 Maret 2024 melalui anak usaha UNTR, PT Energia Prima Nusantara. Nilai transaksi diestimasikan mencapai US$ 80,69 juta atau setara dengan Rp 1,26 triliun.

Corporate Secretary United Tractors, Sara K. Loebis mengungkapkan timeline penyelesaian transaksi dijadwalkan pada tahun ini. Sara bilang, dana untuk merealisasikan akuisisi tersebut berasal dari fasilitas pinjaman perbankan yang sudah dimiliki UNTR.

Sara menyampaikan, rencana akuisisi Supreme Energy Rantau Dedap merupakan kelanjutan diversifikasi usaha UNTR. Sebagai strategi pertumbuhan berkesinambungan di bidang pembangkitan tenaga listrik dari sumber energi terbarukan.

Baca Juga: Cisarua Mountain (CMRY) Bukukan Kenaikan Kinerja pada 2023, Cek Rekomendasi Sahamnya

Dalam beberapa tahun terakhir, UNTR sedang getol menambah portofolio bisnis di luar segmen batubara. Terutama melalui strategi akuisisi pada perusahaan energi terbarukan serta penambangan & pengolahan nikel. Aksi ini demi menggenjot kontribusi pendapatan dari segmen bisnis non-batubara.

Sara mengungkapkan, saat ini kontribusi dari segmen yang terkait batubara (coal related) masih sekitar 70%. 

"Harapannya di 2030 nanti bisa seimbang. Untuk pertumbuhan bisnis ke depan, UNTR terbuka mempelajari prospek di bidang mineral dan energi terbarukan," kata Sara baru-baru ini.

Meski begitu, untuk tahun ini UNTR tidak mengendurkan bisnis tambang. Buktinya, UNTR tetap mengucurkan belanja modal (capex) yang cukup jumbo, mencapai Rp 21 triliun. Sebagian besar atau sekitar Rp 18 triliun digunakan untuk pembelian alat berat di bisnis kontraktor tambang, guna mengganti peralatan yang sudah usang.

"Sisanya untuk perbaikan infrastruktur di tambang batubara dan emas. Untuk capex, dananya dari internal cash," imbuh Sara.

Pada tahun ini UNTR mengejar penjualan alat berat sebanyak 3.800 - 4.000 unit, penjualan 12 juta ton batubara, dan penjualan 235.000 Oz emas. Sedangkan dalam produksi kontraktor tambang, UNTR membidik kenaikan 5% untuk batubara dan pengupasan tanah.

Rekomendasi Saham

Sebagai informasi, sepanjang tahun lalu UNTR meraup pendapatan senilai Rp 128,58 triliun, tumbuh 4,03% dibandingkan raihan tahun 2022. Sedangkan secara bottom line, UNTR meraih laba bersih Rp 20,61 triliun, turun 1,85% dibandingkan keuntungan tahun 2022.

Jumlah liabilitas UNTR naik secara tahunan dari Rp 50,96 triliun menjadi Rp 69,99 triliun. Diikuti dengan kenaikan jumlah aset dari Rp 140,47 triliun menjadi Rp 154,02 triliun. Sementara posisi kas dan setara kas pada akhir tahun 2023 sebesar Rp 18,59 triliun, turun dari posisi Rp 38,28 triliun pada tahun 2022.

 

Baca Juga: Harga Saham Emiten Teknologi Sempat Naik, Simak Rekomendasi Sahamnya

Research Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Ayu Dian menilai ekspansi yang dilakukan UNTR khususnya pada industri energi terbarukan dan mineral belum berdampak signifikan bagi kontribusi pendapatan UNTR saat ini. Kontribusi terbesar bakal tetap datang dari penjualan alat berat dan kontraktor pertambangan.

Dus, kinerja UNTR masih sensitif terhadap harga komoditas dan permintaan pada industri pertambangan. 

"Namun secara jangka panjang diversifikasi ini akan berdampak baik terhadap kinerja ditengah fokus perusahaan untuk ekspansi ke bisnis energi terbarukan," kata Ayu.

Ayu menyoroti kenaikan liabilitas UNTR pada tahun lalu sebagai akibat dari pinjaman bank, sehingga berdampak pada kenaikan beban keuangan. Meski begitu, Ayu menilai fundamental UNTR masih cukup kuat dengan rasio solvabilitas yang masih cukup sehat.

Hitungan Ayu, UNTR memiliki Interest Coverage Ratio (ICR) sebesar 15,4x dengan Debt to Equity Ratio (DER) 0,83x.

Research Analyst Phintraco Sekuritas, Nurwachidah punya pandangan serupa, dimana kondisi fundamental dan keuangan UNTR masih solid dengan jumlah kas yang cukup jumbo, meski terjadi penurunan pada 2023.

Nurwachidah ikut menyoroti liabilitas UNTR yang dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. 

"Namun hal ini diiringi dengan pertumbuhan pendapatan selama periode yang sama. Sehingga UNTR masih memiliki ketahanan yang kuat," terangnya.

Setelah naik dalam empat perdagangan beruntun, pada perdagangan Kamis (7/3), harga UNTR melemah 1,34% ke posisi Rp 24.000 per saham. Secara momentum, saham UNTR berpotensi terpapar sentimen positif menjelang musim pembagian dividen.

Ayu merekomendasikan speculative buy saham UNTR dengan target harga di level Rp 25.500. Sedangkan Nurwachidah melihat potensi fair value UNTR berada di level harga Rp 27.985 atau mencerminkan potensi kenaikan sekitar 16% dari posisi harga saham UNTR saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×