Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan penurunan laba bersih sepanjang 2023. Emiten penjual alat berat merk Komatsu ini membukukan laba bersih Rp 20,61 triliun sepanjang 2023. Realisasi ini menurun tipis 2% dari laba bersih di periode 2022 yang sebesar Rp 21 triliun
Realisasi laba bersih UNTR tahun lalu mencerminkan 96% dari proyeksi analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan dan mewakili 104% dari perkiraan konsensus.
Erindra mencatat, meski laba secara tahunan melemah, laba bersih UNTR secara kuartalan mengalami kenaikan. Pada kuartal IV-2023, anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini membukukan laba bersih Rp 5,3 triliun, naik 27% dari kuartal III-2023.
Erindra menyebut, peningkatan laba pada kuartal IV-2023 didorong oleh menguatnya pendapatan unit pertambangan batubara dan emas. Namun, bisnis utama lainnya membukukan penurunan pendapatan, misal segmen penjualan alat berat yang melemah 5% secara kuartalan. Sementara bisnis kontraktor Penambangan mencatat kinerja yang cenderung stagnan secara kuartalan
Baca Juga: Penjualan Alat Berat United Tractors (UNTR) Turun 24,5% di Januari 2024
Di tengah melemahnya laba bersih, pendapatan bersih UNTR mampu bertumbuh. UNTR membukukan pendapatan konsolidasian mencapai Rp 128,6 triliun per akhir 2023. Realisasi ini meningkat sebesar 4% jika dibandingkan pendapatan tahun 2022 yang sebesar Rp 123,60 triliun.
Secara rinci, pendapatan unit usaha Mesin Konstruksi sedikit naik menjadi Rp 36,6 triliun dibandingkan Rp36,5 triliun pada tahun 2022.
Unit usaha Kontraktor Penambangan dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (Pama) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 54,0 triliun. Realisasi ini naik sebesar 14% dibandingkan tahun 2022.
Namun, unit usaha di bidang Pertambangan Batubara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA) turun sebesar 2% dibandingkan tahun 2022, yakni dari Rp 31,1 triliun menjadi Rp 30,5 triliun. Penurunan ini disebabkan adanya penurunan rata-rata harga jual batubara.
Pendapatan bersih unit usaha pertambangan juga turun sebesar 32% dari Rp7,7 triliun menjadi R p5,2 triliun.
Pendapatan di sektor konstruksi melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACST) melesat 136% menjadi sebesar Rp2,2 triliun. Dari sisi bottomline, ACST membukukan rugi bersih sebesar Rp 270 miliar. Akan tetapi, rugi bersih ini turun dibandingkan rugi bersih pada tahun 2022 yang mencapai Rp 449 miliar.
Tahun ini, Erindra menaksir pendapatan UNTR masih akan tertekan di tengah ekspektasi normalisasi harga batubara termal. Pendapatan UNTR diproyeksi berada di angka Rp 114,25 triliun dengan laba bersih Rp 17,17 triliun.
Oleh karena itu, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan peringkat rating hold pada UNTR dengan target harga Rp 24.900 per saham. “Risiko utama adalah rendahnya biaya penambangan dan penjualan alat berat,” tulis Erindra dalam riset, Rabu (28/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News