Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham cenderung merespons positif kesepakatan dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS), yang memutuskan untuk menurunkan tarif impor dari 32% menjadi 19%.
Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Rabu (16/7) dengan menguat 0,72% ke level 7.192,02. Ini merupakan penguatan dalam delapan hari beruntun.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mencermati saat ini respons pasar relatif netral hingga positif karena surplus neraca dagang Indonesia tetap tinggi, yaitu sebesar US$ 15,38 miliar sepanjang periode Januari hingga Mei 2025.
Baca Juga: Sejauh Mana Pengaruh Penurunan Tarif Trump Terhadap IHSG? Begini Penjelasan Analis
Di sisi lain, secara pratiknya Liza memproyeksikan kenaikan tarif akan mendorong importir untuk menaikkan harga jual atau mencari pemasok dari negara dengan tarif lebih rendah.
Dia mencermati tarif 19% ini lebih rendah dari tarif yang dikenakan AS terhadap Vietnam yang mencapai 20%, China yang lebih dari 50% untuk banyak kategori dan India di kisaran 23%–25% untuk tekstil dan alas kaki.
“Dengan tarif Indonesia kini lebih rendah dari Vietnam dan India, maka produk-produk RI memiliki peluang untuk merebut kembali sebagian pangsa pasar ekspor yang sebelumnya tergerus akibat tarif tinggi,” tulis Liza dalam riset, Rabu (16/7).
Liza mencermati potensi Indonesia kehilangan pasar jika tarif tetap tinggi masih ada. Apalagi kalau produk Indonesia tidak mampu bersaing dari sisi harga, kualitas, atau efisiensi logistik.
Baca Juga: IHSG Menguat Menyambut Pemangkasan Suku Bunga BI, Begini Catatan Analis
“Meski tarif Indonesia saat ini 19% dan lebih rendah dari beberapa pesaing, importir AS tetap akan mempertimbangkan total landed cost, bukan sekadar tarif,” katanya.
Sementara itu, negara-negara seperti Vietnam dan Meksiko memiliki keuntungan dalam efisiensi logistik atau perjanjian dagang regional. Misalnya, USMCA untuk Meksiko.
“Namun pasar akan memantau implementasi impor tersebut, apakah realisasinya bertahap dan apakah akan diimbangi dengan peningkatan ekspor yang dipicu tarif 19%,” ucapnya.
Head of Research RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya mengatakan penurunan tarif impor resiprokal menjadi 19% sejalan dengan skenario dasar yang diproyeksikan tim riset RHB Sekuritas.
Sikap Trump yang memperlakukan Indonesia lebih seimbang dengan negara ASEAN lain, seperti Vietnam juga sudah diproyeksikan sebelumnya oleh tim riset RHB Sekuritas.
Meski dampak makroekonominya, terlihat moderat kemungkinan hanya mengurangi tekanan terhadap PDB dari sekitar minus 0,5% menjadi minus 0,4%. Namun Andrey tetap menilai ini sebagai perkembangan yang positif.
“Karena ekspor Indonesia ke AS hanya mencakup kurang dari 10% total ekspor, dampak langsung terhadap perekonomian kemungkinan tetap terbatas,” katanya kepada Kontan, Rabu (16/7).
Di sisi lain, Andrey menilai pengurangan tarif ini bisa menjadi angin segar bagi sektor padat karya, terutama industri garmen dan tekstil, yang tahun ini menghadapi tekanan berat dan meningkatnya risiko PHK.
Selanjutnya: Anak usaha ABMM, CKB Logistics Ekspansi Gudang Baru Seluas 17.640 m2 di Jakarta Utara
Menarik Dibaca: 5 Aroma Parfum yang Cocok Dipakai Siang Hari, Segarnya Bikin Semangat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News