kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

TINS dan BRPT masuk jajaran LQ45, begini prospek dan rekomendasi sahamnya


Selasa, 27 Juli 2021 / 19:10 WIB
TINS dan BRPT masuk jajaran LQ45, begini prospek dan rekomendasi sahamnya
ILUSTRASI. Aktifitas bongkar muat Timah di Pelabuhan sunda Kelapa, Jakarta (19/12). KONTAN/Muradi/19/12/2011


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Timah Tbk (TINS) ke jajaran indeks LQ45 dalam evaluasi mayor periode Agustus 2021 sampai Januari 2022.

BRPT dan TINS menggantikan saham PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) dan saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang dikeluarkan dari indeks ini. Analis menilai, prospek TINS dan BRPT masih cukup prospektif tahun ini.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, masuknya saham TINS ke jajaran Indeks LQ45 secara sentimen akan berdampak positif terhadap harga saham. “Karena rebalancing portofolio yang menggunakan Indeks LQ45 bakal menyesuaikan,” terang Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (27/7).

Baca Juga: Kinerja semester I-2021 moncer, simak rekomendasi saham Sido Muncul (SIDO)

Selain itu, prospek TINS juga didukung oleh harga komoditas timah yang masih solid. Sukarno memproyeksikan, prospek jangka menengah harga timah bisa menembus ke level US$ 36.000, Harga berhasil breakout resistance di level US$ 33.265.

Dari sisi kinerja, TINS mampu membukukan laba bersih senilai Rp 10,34 miliar di kuartal pertama 2021. Realisasi ini berbanding terbalik dari kondisi pada kuartal pertama 2020, dimana TINS membukukan kerugian bersih hingga Rp 412,85 miliar.

Namun, naiknya bottomline terjadi saat pendapatan emiten pelat merah ini membukukan penurunan. Tercatat, TINS membukukan pendapatan senilai Rp 2,44 triliun, menurun 44,78% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 4,42 triliun.

Dalam risetnya yang dipublikasikan 7 Mei 2021, Analis BRIDanareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri menyebut, pendapatan ini dipengaruhi oleh penurunan produksi sebesar 35,6% secara kuartalan dan menurun 63,1% secara tahunan menjadi sebesar 5.220 ton.

Penurunan beban bunga sebesar 54,0% secara year-on-year (Yoy) juga membantu TINS dalam meningkatkan laba bersihnya. Namun, kinerja TINS sepanjang tiga bulan pertama 2021 masih jauh di bawah perkiraan yang dipasang BRIDanareksa Sekuritas dan juga perkiraan konsensus.

Baca Juga: Analis: Kinerja Ace Hardware Indonesia (ACES) akan tertahan kebijakan PPKM

Di sisi lain, TINS berhasil menurunkan net gearing menjadi 97,8% di kuartal pertama 2021 dari sebelumnya 184,9% di periode yang sama 2020. Dus, BRIDanareksa Sekuritas memperkirakan net gearing TINS akan turun lebih jauh menjadi 94,9% pada tahun ini dan menjadi 89,0% pada tahun depan.

Selain TINS, BRPT juga berhasil menorehkan kinerja positif sepanjang tiga bulan pertama 2021. Emiten milik taipan Prajogo Pangestu ini berhasil membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 45,27 juta. Hal ini berbanding terbalik dari kinerja kuartal pertama 2020, dimana BRPT mengalami kerugian bersih senilai US$ 2,08 juta.

BRPT membukukan pendapatan sebesar US$ 726 juta, naik 18,9% dari posisi periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 611 juta.

Kepala riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menyebut, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA BRPT berhasil melonjak 225%, disebabkan karena adanya efek dasar yang rendah (low base effect). Hal ini menyusul kejatuhan harga minyak mentah WTI pada akhir Maret 2020. Saat itu, harga jual beberapa produk petrokimia BRPT menurun lebih dalam dari harga minyak acuan.

Namun, profitabilitas BRPT pada kuartal pertama berhasil pulih menyusul rebound harga minyak menjadi US$ 59 per barel pada akhir Maret 2021 dan saat ini sudah berada di level US$72 per barel.

Baca Juga: Pendapatan dan laba naik, simak rekomendasi saham AKR Corporindo (AKRA)

Robertus memperkirakan EBITDA BRPT dapat tumbuh 60,7% year-on-year (YoY) menjadi Rp 12,6 triliun (US$875,8 juta). Ini karena adanya efek low base pada 2020 dan hasil interim kuartal pertama 2021 yang cukup baik.

Saham BRPT diperdagangkan pada valuasi yang cukup murah, hanya 8,0/7,4 kali dari rasio enterprise value (EV)/EBITDA 21F/22F-nya, dibandingkan dengan perusahaan petrokimia/geothermal global lainnya yang saat ini diperdagangkan pada rata-rata 10,8/10,3 kali dari rasio EV/EBITDA-nya.

Robertus merekomendasikan beli saham BRPT dengan target harga Rp 1.080. Sementara untuk saham TINS, Sukarno menyebut pelaku pasar bisa melakukan hold atau trading buy dalam jangka pendek dengan target harga Rp 1.925.

CTRA masih prospektif

Di sisi lain, Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika menyebut, keluarnya CTRA dari konstituen LQ45 membuat pergerakan sahamnya akan lebih fluktuatif secara jangka pendek, karena akan ada beberapa fund besar yang keluar.

Namun, secara jangka panjang, terlebih jika pandemi mulai mereda, sektor properti akan mulai pulih. “Dan momentum penurunan harga ini, dapat dimanfaatkan para investor untuk melakukan pembelian,” terang Ajeng kepada Kontan.co.id, Selasa (27/7).

CTRA berhasil membukukan kenaikan pendapatan pra penjualan atau marketing sales hingga 67,2% year-on-year (YoY) pada semester pertama. Capaian ini tidak terlepas dari subsidi PPN yang diberikan pemerintah dan suku bunga yang masih rendah.

Ajeng memasang mode optimistis terhadap pertumbuhan marketing sales CTRA tahun ini dan memproyeksikan marketing sales CTRA bisa tumbuh hingga 8%-9% yoy.

CTRA juga punya sejumlah proyek yang bisa menopang pendapatannya tahun ini.CTRA memiliki dua produk baru yang sudah rilis yakni rumah tapak di CitraLand Puncak Tidar Malang dan apartemen Citra Landmark di Ciracas.

Ajeng menyebut, CTRA juga masih akan membangun cluster/tower baru pada existing project dan tetap menyasar segmen end-user.

NH Korindo Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 1.320.

Selanjutnya: Kinerja Unilever (UNVR) mengecewakan, BRIDanareksa pangkas target dan rekomendasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×