Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2019, PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan pendapatan bersih senilai Rp 84,43 triliun atau turun 0,22% dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun lalu yakni Rp 84,62 triliun.
Meski demikian, Entitas Grup Astra tersebut berhasil menorehkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 11,31 triliun atau naik tipis 1,68% secara tahunan.
Melansir laporan perkembangan usaha UNTR dari laman Bursa Efek Indonesia (BEI), unit usaha kontraktor pertambangan berkontribusi sebesar 47% dari total pendapatan konsolidasian.
Baca Juga: Kinerja ASII Stagnan, UNTR Masih Jadi Andalan
Secara berturut-turut, lini bisnis mesin konstruksi, pertambangan batubara, pertambangan emas, dan industri konstruksi memberikan kontribusi sebesar 27%, 13%, 9% dan 4% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian sepanjang 2019.
Dari unit usaha mesin konstruksi, volume penjualan alat berat Komatsu hanya 2.926 unit atau turun 40% jika dibandingkan tahun 2018. Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya penjualan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan. Namun, penjualan tersebut melebih target yang dipasang UNTR, yakni sebanyak 2.900 unit.
Penjualan produk merek lainnya yaitu UD Trucks juga mengalami penurunan dari 808 unit menjadi 420 unit. Selain itu, penjualan produk Scania turun dari 792 unit menjadi 432 unit.
Sementara itu,unit usaha di bidang kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) juga mengalami penurunan kinerja. PAMA membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 39,3 triliun atau turun 3% dibandingkan tahun 2018.
Baca Juga: Simak target United Tractors (UNTR) untuk tahun 2020
Unit usaha di bidang pertambangan batubara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA) tercatat mengalami kenaikan kinerja. Pendapatan unit usaha Pertambangan meningkat sebesar 6% menjadi Rp10,7 triliun.
Realisasi penjualan batubara TTA mencapai 8,5 juta ton ( termasuk 1,2 juta ton batubara kokas) atau naik sebesar 21% dari 7,02 juta ton pada tahun 2018. Meski demikian, penjualan ini tidak mencapai target yang dipasang penghuni Indeks Kompas100 tersebut. Yakni sebesar 8,7 juta ton.
Penurunan kinerja terparah dialami oleh unit bisnis usaha industri konstruksi lewat PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Pada 2019, pendapatan ACST memang mengalami peningkatan 6% menjadi Rp3,9 triliun. Namun, ACST justru menganggung rugi bersih sebesar Rp1,1 triliun, dari sebelumnya mencatat laba bersih sebesar Rp18 miliar pada tahun 2018.
Kerugian tersebut disinyalir akibat adanya keterlambatan penyelesaian proyek Contractor Pre-Financing (CPF) dan proyek struktur yang menyebabkan peningkatan biaya pendanaan (funding cost), biaya overhead, dan biaya percepatan penyelesaian proyek.
Baca Juga: Ambles 18,35% sejak awal tahun, ini rekomendasikan saham United Tractors (UNTR)
Adapun nilai kontrak baru yang diperoleh ACST sampai dengan bulan Desember tahun 2019 mencapai Rp1,7 triliun
Untungnya, penurunan kinerja di unit bisnis mesin konstruksi dan unit bisnis lainnya diselamatkan oleh unit usaha pertambangan emas (gold mining). Sepanjang 2019, unit bisnis tambang emas yang dijalankan oleh PT Agincourt Resources dari tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, berhasil menjual sebanyak 410.000 ons emas.
Adapun pendapatan bersih unit usaha pertambangan emas sampai dengan bulan Desember 2019 sebesar Rp7,9 triliun.
Kepada Kontan.co.id, Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan realisasi kinerja UNTR sepanjang 2019 sudah sesuai dengan ekspektasi manajemen. Sebab, penurunan di bisnis alat berat ditopang dengan kontribusi baru dari tambang emas.
Baca Juga: Laba United Tractors (UNTR) naik tipis 1,68% pada 2019
Guna mempertahankan dan meningkatkan kinerja, tahun ini UNTR bakal fokus pada layanan support pelanggan. Selain itu, manajemen UNTR juga akan melakukan efisiensi internal untuk meningkatkan produktivitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News