Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Penurunan kinerja terparah dialami oleh unit bisnis usaha industri konstruksi lewat PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Pada 2019, pendapatan ACST memang mengalami peningkatan 6% menjadi Rp3,9 triliun. Namun, ACST justru menganggung rugi bersih sebesar Rp1,1 triliun, dari sebelumnya mencatat laba bersih sebesar Rp18 miliar pada tahun 2018.
Kerugian tersebut disinyalir akibat adanya keterlambatan penyelesaian proyek Contractor Pre-Financing (CPF) dan proyek struktur yang menyebabkan peningkatan biaya pendanaan (funding cost), biaya overhead, dan biaya percepatan penyelesaian proyek.
Baca Juga: Ambles 18,35% sejak awal tahun, ini rekomendasikan saham United Tractors (UNTR)
Adapun nilai kontrak baru yang diperoleh ACST sampai dengan bulan Desember tahun 2019 mencapai Rp1,7 triliun
Untungnya, penurunan kinerja di unit bisnis mesin konstruksi dan unit bisnis lainnya diselamatkan oleh unit usaha pertambangan emas (gold mining). Sepanjang 2019, unit bisnis tambang emas yang dijalankan oleh PT Agincourt Resources dari tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, berhasil menjual sebanyak 410.000 ons emas.
Adapun pendapatan bersih unit usaha pertambangan emas sampai dengan bulan Desember 2019 sebesar Rp7,9 triliun.
Kepada Kontan.co.id, Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan realisasi kinerja UNTR sepanjang 2019 sudah sesuai dengan ekspektasi manajemen. Sebab, penurunan di bisnis alat berat ditopang dengan kontribusi baru dari tambang emas.
Baca Juga: Laba United Tractors (UNTR) naik tipis 1,68% pada 2019
Guna mempertahankan dan meningkatkan kinerja, tahun ini UNTR bakal fokus pada layanan support pelanggan. Selain itu, manajemen UNTR juga akan melakukan efisiensi internal untuk meningkatkan produktivitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News