Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja industri reksadana mulai menunjukkan pemulihan secara bertahap dalam beberapa pekan terakhir, terutama pada produk-produk reksadana yang sebelumnya tertekan di zona koreksi.
Mengacu data Infovesta Utama, Infovesta 90 Fixed Income Fund Index yang menjadi acuan kinerja reksadana pendapatan tetap tercatat tumbuh 2,58% secara year to date (YtD) hingga 16 Mei 2025.
Disusul oleh reksadana pasar uang dengan return 2%. Sementara itu, reksadana campuran tumbuh 1,58%, dan reksadana saham masih terkoreksi minus 0,29%.
Baca Juga: Pertumbuhan AUM Reksadana BRI-MI Tembus 35,27% Kokoh di Posisi Top 3 Industri MI
Head of Business Development Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan menilai, pemulihan ini seiring dengan pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI).
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21 Mei 2025, BI memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%.
“Kebijakan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan investor untuk kembali masuk ke pasar saham domestik,” ujar Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (23/5).
Ia menambahkan, penurunan suku bunga akan menekan imbal hasil obligasi, sehingga mendorong kenaikan harga obligasi yang menjadi aset dasar reksadana pendapatan tetap.
Sementara dampak terhadap reksadana campuran akan sangat bergantung pada alokasi aset masing-masing produk.
Baca Juga: Reksadana Saham Pimpin Imbal Hasil Tertinggi 3,3%, Ini 5 Terbaiknya
Diversifikasi portofolio
Dengan mempertimbangkan tren suku bunga rendah, Reza menyarankan investor untuk melakukan diversifikasi portofolio.
Reksadana pendapatan tetap yang berfokus pada obligasi jangka panjang dan reksadana saham berbasis sektor konsumsi serta infrastruktur dinilai memiliki prospek menjanjikan hingga akhir 2025.
“Namun tetap perlu mencermati arah kebijakan moneter global karena sangat berpengaruh terhadap arus modal asing,” lanjut Reza.
Senada, Direktur Panin Asset Management Rudyanto menyampaikan bahwa pemulihan reksadana saham dan reksadana campuran tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan suku bunga, tapi juga oleh arus dana asing yang mulai masuk kembali ke pasar domestik.
Baca Juga: Sentimen Pasar Membaik, Prospek Reksadana Kian Membaik
Berdasarkan catatan transaksi BI pada periode 19–22 Mei 2025, investor nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 1,54 triliun di pasar saham dan Rp 14,13 triliun di pasar surat berharga negara (SBN).
Rudyanto juga menekankan pentingnya strategi taktis dalam berinvestasi di reksadana saham mengingat tingginya volatilitas.
“Kalau target return sudah tercapai, sebaiknya profit taking dulu, lalu masuk lagi ketika harga kembali turun,” ujar Rudy.
Selanjutnya: Prabowo Bertolak ke Malaysia, Hadiri KTT ke-46 ASEAN
Menarik Dibaca: 5 Langkah Cerdas Memulai Menabung di Tahun 2025 yang Bisa Dilakukan Siapa Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News