Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Michael menyebut, salah satu pendorong naiknya harga emas hitam ini adalah permintaan China terhadap batubara menjelang akhir tahun yang meningkat. Selain itu, terdapat inspeksi kereta Api Daqin di China yang merupakan salah satu pusat jalur pengangkutan batubara di China.
Permintaan yang meningkat yang disertai gangguan pasokan (supply) menyebabkan harga batubara Qinhuangdao meningkat tajam. Harga yang lebih tinggi dibandingkan harga batubara Newcastle menyebabkan China lebih cenderung untuk melakukan impor batubara serta menerapkan aturan yang lebih longgar untuk melakukan impor.
Michael meyakini, rata-rata harga batubara tahun depan diperkirakan akan lebih tinggi diandingkan harga rerata sepanjang tahun ini. Jika benchmark harga batubara sepanjang tahun ini ada di level US$ 60 per ton, Michael memperkirakan di tahun depan akan berada di level US$ 65 per ton. Pemulihan perekonomian di China akan meningkatkan permintaan batubara. Terlebih, tahun depan diperkirakan akan terjadi defisit stok batubara di Negeri Panda tersebut.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) alokasikan capex US$ 290 juta di tahun 2021, untuk apa saja?
Hal ini akan meningkatkan prospek impor batubara oleh China untuk menutupi defisit stok batubara. Di sisi lain, permintaan batubara di India juga diperkirakan akan membaik di tahun depan.
Michael menyebut, sejumlah saham berbasis batubara seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbj (ITMG) sudah priced in atau mencapai targetnya). Saham-saham tersebut sudah melewati ambang rerata Price to book value (PBV) 2-5 tahun terakhirnya.