Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak mentah dunia masih berpotensi bergerak fluktuatif hingga akhir 2025. Pasar energi global memang tengah diwarnai gejolak tajam akibat sejumlah faktor, mulai dari konflik geopolitik hingga ancaman perlambatan ekonomi global sejak awal tahun.
Data real time Trading Economics, Selasa (1/7) pukul 18.42 WIB menunjukkan harga minyak WTI berada di level US$ 65,67 per barel, naik 0,86% secara harian. Namun sejak awal tahun, nilainya sudah terkoreksi kisaran 10%.
Founder Traderindo Wahyu T, Laksono menjelaskan, harga minyak memang sangat volatile sejak awal 2025 akibat sejumlah faktor besar.
“Terbaru adalah ketegangan Israel-Iran serta ancaman penutupan Selat Hormuz. Sebelumnya, isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali diangkat oleh Donald Trump juga memicu kecemasan pasar atas potensi resesi global,” paparnya kepada Kontan, Selasa (1/7).
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik-Turun, Pasar Cermati Suku Bunga dan Konflik Geopolitik
Namun, di luar itu, volatilitas harga minyak pada dasarnya ditopang oleh lima faktor utama.
Pertama, ketidakpastian sisi permintaan dan penawaran pasca-pandemi COVID-19. Kedua, kebijakan produksi OPEC+ yang sangat menentukan pasokan global. Ketiga, ketegangan geopolitik yang memengaruhi produksi dan distribusi. Keempat, fluktuasi dolar AS yang memengaruhi pricing. Terakhir, terkait sentimen pasar yang kerap bereaksi berlebihan terhadap berita-berita global.
Menuju paruh kedua tahun ini, Wahyu menilai sejumlah sentimen utama tadi masih bakal membayangi pergerakan harga minyak. Di antaranya, perkembangan konflik di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Iran, serta kelanjutan kebijakan tarif dagang dari pemerintahan Trump.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis di Pagi Ini (1/7), Terseret Ekspektasi Banjir Pasokan OPEC+
Selain itu, pemulihan ekonomi global pasca-pandemi, arah kebijakan produksi OPEC+, perkembangan kasus COVID-19 varian baru, hingga data inventori minyak global juga akan sangat menentukan.
“Tidak kalah penting adalah kebijakan moneter bank sentral, khususnya The Fed. Karena nilai tukar dolar AS yang kuat bisa menekan permintaan global akan minyak,” tambah Wahyu.
Wahyu memproyeksi, harga minyak bakal bergerak dalam kisaran yang cukup lebar. Hingga akhir tahun 2025, harga minyak WTI diperkirakan berada di kisaran US$ 55–US$ 85 per barel. Minyak WTI bakal tertahan di batas support US$ 65 - US$ 68 per barel jika kekhawatiran soal permintaan berlanjut dan pasokan tetap stabil.
“Namun, perlu dicatat bahwa pasar minyak sangat volatil, dan faktor-faktor tak terduga dapat mengubah proyeksi ini dengan cepat,” pungkas Wahyu.
Selanjutnya: Kemenperin dan Pelaku Industri Ungkap Penyebab PMI Manufaktur Juni Masih Kontraksi
Menarik Dibaca: 5 Zodiak Paling Impulsif yang Tidak Takut Mengambil Risiko, Siapa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News