kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi Citra Nusantara (CGAS) Tancap Gas Ekspansi Bisnis Natural Gas


Jumat, 19 Januari 2024 / 17:14 WIB
Strategi Citra Nusantara (CGAS) Tancap Gas Ekspansi Bisnis Natural Gas
ILUSTRASI. Citra Nusantara (CGAS) mengungkapkan sejumlah strategi untuk kerek kinerja di sektor bisnis natural gas


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah resmi menjadi perusahaan terbuka, PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) tancap gas mengembangkan bisnisnya. Sembari memantapkan eksistensi di industri gas alam terkompresi atau Compressed Natural Gas (CNG), CGAS menggelar ekspansi di bisnis gas alam cair alias Liquefied Natural Gas (LNG).

Berdiri pada Desember 2005, CGAS merintis usaha pada pengembangan CNG melalui perdagangan dan distribusi gas alam yang menggunakan moda transportasi ke daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jaringan pipa gas, terutama di Sumatera dan Jawa. CNG sendiri merupakan alternatif bahan bakar yang juga biasa dikenal sebagai Bahan Bakar Gas (BBG).

CNG dianggap lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak seperti solar dan bensin. Dari sisi harga pun CNG dinilai lebih ekonomis. Dalam menjalankan bisnisnya, CGAS menargetkan sektor industri, retail, transportasi, serta melayani jasa konsultasi terkait operasional dan perawatan peralatan gas alam. 

Sekretaris Perusahaan Citra Nusantara Gemilang, Ferina Tyas menjelaskan, CGAS melakukan pemasaran secara Business to Business (B2B) maupun Business to Consumer (B2C). Dilihat dari segmen pelanggan, kontribusi pendapatan dari sektor industri mendominasi dengan porsi sekitar 80%. Sedangkan pelanggan retail menyumbang sekitar 20%.

Baca Juga: Citra Nusantara Gemilang (CGAS) Targetkan Pendapatan Bisa Naik 30% Pasca IPO

Ferina membeberkan, posisi pasar produk CNG saat ini mayoritas masih melayani segmen industri besar dan retail bisnis komersial. Peluang pasar untuk bisnis ini ada pada industri skala menengah dan kecil serta retail Usaha Mikro, Kecil & Menengah (UMKM) yang mengalami peningkatan populasi di jaringan distribusi CNG.

"Produk CNG saat ini masih dominan penggunaannya untuk keperluan mesin produksi di segmen pelanggan industri, selain juga sebagian digunakan untuk kendaraan produksi seperti Forklift pada industri tersebut," kata Ferina kepada Kontan.co.id, Jum'at (19/1).

Sementara itu, untuk segmen transportasi maupun jasa konstruksi dikelola oleh anak perusahaan CGAS. Asal tahu saja, CGAS merupakan induk dari beberapa anak perusahaan, yaitu PT Citra Nusantara Energi (CNE), PT CNG Hilir Raya (CHR), PT CNG Global (CNGlobal), dan PT Cipta Rizqi Energi (CRE).

Ferina melanjutkan, CGAS memiliki jaringan distribusi yang terbagi atas Stasiun CNG dan juga Depo CNG. Lokasinya tersebar di Jawa dan Sumatera, yang dikelola oleh CGAS dan anak perusahaannya. 

 

Ferina merinci, CGAS memiliki tiga Stasiun CNG yang berlokasi di Cikarang, Waru-Sidoarjo, dan Palembang yang sudah melayani berbagai segmen pasar. CGAS juga memiliki empat Depo CNG yang sudah beroperasi di Bandung, Kediri, Malang, dan Lampung.

CGAS pun sedang gencar menggelar ekspansi dengan membangun Depo CNG di Klaten. Selain itu, CGAS sedang membangun tiga Stasiun CNG baru yang lebih mendekati target pasar di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Berlokasi di Grobogan - Purwodadi, Majalengka, dan Manyar - Gresik.

CGAS menargetkan Stasiun CNG Manyar dan Stasiun CNG Grobogan akan beroperasi pada kuartal I-2024. Sedangkan Stasiun CNG Majalengka ditargetkan beroperasi pada kuartal III-2024.

Ekspansi ke Bisnis LNG

Usai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Januari 2024, CGAS segera mengeksekusi rencana bisnisnya. Selain ekspansi di segmen CNG, Ferina menegaskan CGAS bakal membentangkan sayap ke bisnis gas alam cair alias LNG, dengan dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO).

Sekadar mengingatkan, CGAS merupakan salah satu emiten anyar yang listing pada awal tahun ini. Lewat IPO, CGAS melepas 531,42 juta saham atau setara 30% dari modal ditempatkan dan disetor. Dengan harga penawaran yang dibanderol Rp 338 per saham, CGAS mengantongi dana segar sebesar Rp 179,62 miliar.

Baca Juga: Intip Rencana Ekspansi Citra Nusantara Gemilang (CGAS) Usai IPO

Merujuk prospektus, sekitar 90% dana hasil IPO akan dipakai untuk membangun Stasiun LNG di Galian Field Tambun Zone 7 Regional 2. Sedangkan 10% sisanya akan dipakai oleh CGAS sebagai modal kerja atau operating expenditure (opex).

Ferina mengatakan, tahapan ekspansi LNG saat ini dalam proses perolehan persetujuan alokasi gas dari pemerintah. Yakni di SKK Migas, untuk selanjutnya diteruskan ke Kementerian ESDM. CGAS menargetkan pembangunan Stasiun LNG sudah bisa dimulai pada kuartal I-2024 dan akan commissioning pada tahun ini.

Dengan menjalankan strategi tersebut, CGAS menargetkan pertumbuhan pendapatan pada tahun ini bisa mencapai 20% -30% secara tahunan (YoY). Sementara untuk laba bersih, CGAS membidik kenaikan 4%-5% pada tahun 2024.

Di samping hasil dari ekspansi, Ferina optimistis prospek industri gas alam terutama pada segmen CNG dan LNG akan menopang kinerja CGAS. Ferina menyoroti tiga katalis penting yang berpotensi mendorong kinerja CGAS.

Baca Juga: Pasca IPO, Citra Nusantara Gemilang (CGAS) Akan Bangun 3 Stasiun Gas Baru

Pertama, meningkatnya kebutuhan energi seiring dengan program pemerintah mengurangi subsidi energi dan mengurangi permasalahan emisi untuk mencapai target net zero emission. Kedua, adanya program pemerintah mengenai gas bumi yang menjadi prioritas dalam proses transisi menuju energi terbarukan.

Proses transisi tersebut dapat menggunakan teknologi bio CNG, khususnya untuk memanfaatkan biogas dari limbah perkebunan kelapa sawit dan peternakan yang sifatnya berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Ketiga, infrastruktur gas yang belum menjangkau wilayah Jawa dan Sumatra.

"Hal tersebut menjadi peluang dan potensi CGAS untuk melakukan elaborasi dan pengembangan bisnis ke depannya," terang Ferina.

Guna mencapai target pada tahun ini, CGAS mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 50 miliar. Fokus capex dialokasikan untuk menambah peralatan distribusi CNG seperti mesin, gas transport module, dan tabung CNG.

"Akan digunakan untuk meningkatkan revenue dan sebagian untuk biaya tahap awal pembangunan LNG Station di Karawang," tandas Ferina.

Harga Saham CGAS Ikut Nge-gas

Sejalan dengan strategi ekspansi yang cukup agresif, pergerakan harga saham PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) ikut tancap gas sejak debut di Bursa Efek Indonesia (BEI). Resmi melantai di BEI pada Senin (8/1), harga CGAS melejit 24,85% di hari perdana.

Pergerakan saham CGAS masih nge-gas menutup pekan ini. Pada perdagangan Jum'at (19/1), harga CGAS meroket 22,37% ke posisi Rp 930 per saham. Level harga saham CGAS ini mencerminkan lonjakan setinggi 175,14% dibandingkan harga penawaran yang dibanderol sebesar Rp 338 per saham.

Baca Juga: IPO Citra Nusantara Gemilang (CGAS) Catat Oversubscribed Sebanyak 93,23 Kali

Saat ini CGAS tercatat di papan pengembangan dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 1,65 triliun. Merujuk RTI Business, PT Petro Asia Energy dan PT Dharma Mulia Jaya menjadi pengendali CGAS dengan porsi kepemilikan masing-masing 32,32% dan 21,44%.

Pemilik lainnya adalah PT Cipta Nyata Gemilang dengan porsi 9,10% dan PT Tirta Maritim Nusantara sebanyak 7,14%. Sedangkan kepemilikan publik adalah 30%.

Selanjutnya: POJK 30/2023 Diluncurkan untuk Kesetaraan Laporan Akuntan Publik Entitas Pasar Modal

Menarik Dibaca: Begini Ketentuan Bawa Koper Airwheel Saat Naik Garuda Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×