Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
PARIS. Societe Generale SA tak lagi bullish terhadap pergerakan rupiah. Analis Societe Generale pada pekan ini memangkas estimasi pergerakan rupiah sebesar 13% menjadi 12.600 per dollar AS.
Menurut bank investasi yang berbasis di Paris ini, Indonesia harus berupaya keras untuk memangkas nilai defisit neraca perdagangannya, menarik investasi asing, serta memilih presiden yang berkomitmen untuk melakukan reformasi ekonomi.
"Banyak hal yang dibutuhkan agar rupiah bisa reli di sisa akhir 2014 ini," jelas Benoit Anne, SocGen's head of emerging-market strategy di London. Dia menambahkan, pandangan bearish terhadap rupiah disebabkan kecemasan mereka mengenai posisi eksternal Indonesia.
SocGen khawatir, pemilihan presiden di Indonesia akan gagal untuk mengatasi isu-siu perekonomian. Seperti yang diketahui, tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencatatkan pertumbuhan terlambat dalam lima tahun terakhir pada kuartal pertama. Sementara, tingkat ekspor melorot sejak awal tahun hingga Mei.
Morgan Stanley mengatakan, koalisi yang terpecah-pecah di lembaga legislatif akan menyulitkan upaya pemerintah terpilih dalam memperbaiki perekonomian.
Sementara itu, berdasarkan hasil survei Bloomberg, sejumlah analis menurunkan prediksi pertengahan tahun rupiah menjadi 11.900 per dollar AS dari prediksi April sebesar 11.450.
Sebelumnya, pada 3 Juli lalu, langkah serupa dilakukan ING Groep NV yang memangkas prediksi rupiah akhir tahun menjadi 11.700 dari prediksi sebelumnya 11.400.
Demikian juga halnya dengan Barclays Plc yang menurunkan ramalan untuk rupiah menjadi 12.000 pada akhir 2014 dari sebelumnya 11.283.
"Kemenangan Jokowi dapat mengerek performa rupiah. Jika Prabowo yang menang, pasar akan kecewa dan menarik asetnya," kata Kevin Daly, strategist Aberdeen Asset Management Plc di London.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News