kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,97   7,38   0.83%
  • EMAS1.357.000 -0,07%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak tips cuan di pasar saham dari Direktur Keuangan Reliance Sekuritas Wilson Sofan


Sabtu, 31 Oktober 2020 / 08:15 WIB
Simak tips cuan di pasar saham dari Direktur Keuangan Reliance Sekuritas Wilson Sofan


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keinginan Wilson Sofan untuk berinvestasi berangkat dari pemikiran: bisnis apa yang tidak memerlukan banyak orang dan modal yang terlalu besar, tetapi bisa mendatangkan penghasilan 5%-10% per bulan. Pemikiran ini membawanya langsung mencoba berinvestasi di futures setelah lulus kuliah S1 jurusan teknik elektro pada pertengahan 2007.

Tapi, pengalaman investasi pertamanya itu berakhir pahit. Dia menelan rugi cukup besar. Bagi dia yang baru belajar, risiko berinvestasi di instrumen keuangan derivatif ini terlalu besar.

Akhirnya, pada penghujung tahun 2007, dia beralih untuk berinvestasi di pasar modal. Saham menjadi pilihan pertamanya. Hal ini ditunjang oleh keterlibatannya dalam suatu lembaga pendidikan untuk analisis teknikal pasar modal.

Seiring berjalannya waktu, Wilson terus mempelajari ilmu baru, meningkatkan kemampuan, serta mengasah psikologisnya dalam berinvestasi saham. Hingga pada tahun 2012, ia menemukan pola yang bagus baginya untuk meraih sukses dalam menanamkan modalnya di saham.

Baca Juga: Rugi ratusan juta tak bikin Direktur Solid Gold Dikki Soetopo kapok berinvestasi

Dia membagi tiga investasi sahamnya menjadi tiga jenis: trading, nabung, dan spekulasi. Untuk trading, investasi dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan momentum pasar saham serta kondisi makroekonomi. Pada jenis ini, dia membatasi kepemilikannya hanya pada sembilan saham yang dibedakan berdasarkan unsur risikonya.

Cara membagi risiko ini dilakukan dengan memilih saham dari sektor bisnis dan kapitalisasi pasar yang berbeda-beda. Saham-saham Wilson untuk trading terdiri dari super blue chips, blue chips, dan mid cap. "Perlu diversifikasi untuk membagi risiko. Ibaratnya, jangan menaruh telur di kantung yang sama. Tidak boleh berat sebelah," ungkap Wilson beberapa waktu lalu.

Menurut dia, sejak 2012 hingga saat ini, sembilan saham tersebut menjadi saham yang selalu dia transaksikan dengan perubahan satu sampai dengan dua saham. Dananya pada saham untuk trading mencakup 50% dari investasi saham Wilson.

Baca Juga: Agar tak jadi korban investasi ilegal, hindari tawaran dengan janji surga

Kemudian, untuk jenis nabung saham, investasi dilakukan dalam jangka panjang dengan horizon waktu lima sampai dengan sepuluh tahun. Saham yang dipilih merupakan growing stock, yakni saham perusahaan yang baru masuk bursa atau bisnisnya belum berjalan lama. Meskipun begitu, menurut Wilson, growing stock suatu ketika bisa naik eksponensial seiring dengan bisnis perusahaannya yang kian matang.

Pemilihan saham ini menggunakan penilaian yang sangat fundamental. Mulai dari identifikasi sumber penghasilan perusahaan, manajemen, hingga pendiri perusahaan. Sumber penghasilan menjadi penting untuk melihat apakah bisnis perusahaan tersebut saat ini sedang naik daun, stagnan, atau bahkan sunset. "Yang saya pilih adalah saham yang bisnis ke depannya terus berkembang dan produk atau jasanya selalu dibutuhkan masyarakat," ungkap Wilson.

Baca Juga: Budi Frensidy: Sebaiknya kita tunggu pasar rebound untuk masuk

Selain itu, manajemennya juga perlu dilihat, apakah profesional dan punya akuntabilitas yang tinggi.  "Dengan kata lain, tidak neko-neko, fokusnya pada kerja, produksi, dan menghasilkan uang. Pendiri perusahaan juga perlu menjadi pertimbangan, apakah termasuk sosok yang ingin perusahaannya terus berkembang atau gini-gini saja," kata dia. Jenis nabung saham mencakup 40% dari investasi saham Wilson.

Jenis yang ketiga dalam investasi saham Wilson adalah spekulasi yang dilakukan dalam jangka waktu yang sangat singkat. Sesuai dengan namanya, dasar analisis dalam pemilihan saham perusahaan ini sangat kecil sehingga investor tidak boleh takut cut loss.

"Saham IPO termasuk indikator spekulasi karena kita belum tahu kinerjanya seperti apa. Di luar saham IPO, sangat variatif. Sesederhana ada kabar dari teman saya bahwa saham ini bakal naik," tutur Wilson. Karena cukup berisiko, maka spekulasi hanya mencakup 10% dari keseluruhan investasi saham Wilson.

Dalam perjalanan investasinya, pria kelahiran 1984 ini juga mendiversifikasi portofolionya ke instrumen selain saham. Sebut saja  reksadana pasar uang dan emas dalam bentuk fisik.

Baca Juga: Lakukan dua hal ini agar Anda pensiun sebagai orang kaya

Reksadana pasar uang dipilih karena memberikan imbal hasil yang stabil, yakni 5%-7% per tahun dan risiko yang sangat rendah. Kemudian, emas dipilih karena dapat menjadi safe haven di kala krisis dan kepemilikan dalam bentuk fisik dapat memudahkan Wilson untuk melikuidasi emasnya jika suatu ketika ia membutuhkan dana tunai.

Di samping itu, dia menganggap emas dapat menjadi substitusi investasi properti yang saat ini harganya sudah tidak masuk akal, terutama untuk rumah tapak di DKI Jakarta. Sebagaimana diketahui, nilai emas dalam jangka panjang tidak terdepresiasi karena merupakan sebuah mineral yang tidak terbarukan.

Untuk ke depannya, pria yang kini menjabat sebagai direktur keuangan Reliance Sekuritas ini berniat untuk menggeluti investasi surat utang korporasi dalam pecahan retail. Ide ini berangkat dari kegelisahannya terkait investor retail yang sulit untuk membeli surat utang korporasi secara langsung karena tergolong mahal dan harus dalam nominal yang besar.

Untuk itu, Reliance Sekuritas tengah membangun prototipe dengan syarat, surat utang harus diterbitkan perusahaan BUMN dan setidaknya memiliki peringkat single A. "Kami mencoba dulu. Kami beli sebagian kecil bonds, lalu disimpan sebagai portofolio. Kemudian, kami distribusikan ke nasabah Reliance yang berminat," ucap dia.

Baca Juga: Lo Kheng Hong bocorkan tips investasi di pasar modal saat pandemi Covid-19

Tips untuk investor pemula

Tiga belas tahun menggeluti dunia investasi, Wilson telah merasakan pahit manis dalam menanamkan modalnya. "Rugi nyangkut sampai 50% saya ngalami. Keuntungan lebih dari sepuluh kali saya juga ngalami," ungkap dia.

Oleh karena itu, bagi investor pemula yang ingin memulai investasi, ia menyarankan untuk berinvestasi pada waktu dan ilmu terlebih dahulu, sebelum menginvestasikan uang. Artinya, investor pemula perlu banyak membaca berita investasi, buku investasi, bertanya ke orang-orang yang sudah sukses bertransaksi di pasar modal, ikut seminar, pelatihan, dan sebagainya.

Kemudian, investor pemula juga perlu punya disiplin dan konsistensi, serta kesabaran dalam berinvestasi. Hal penting lainnya adalah, jika investor pemula memang sudah merencanakan investasi, ya harus dijalankan supaya tidak hanya berakhir sebagai rencana.

Baca Juga: Resesi ekonomi di depan mata, yuk siapkan dana darurat dengan cara ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×