Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rugi ratusan juta tak serta merta membuat sosok Dikki Soetopo kapok dalam melakukan investasi. Kebalikannya, Direktur PT Solid Gold Berjangka ini justru semakin ulet dan mempelajari lebih dalam tentang dunia investasi.
Dikki mengawali kiprahnya dalam berkecimpung di dunia investasi pada 15 tahun silam. Pada 2005 ia memutuskan untuk menjajal berinvestasi dengan tekad awal ingin mengubah nasib dan meningkatkan perekonomian keluarga. Instrumen saham justru jadi pilihan Dikki saat itu. Buku The Intelligent Investor karangan Benjamin Graham jadi inspirasi Dikki masuk ke pasar saham.
“Saya terinspirasi dengan cerita beliau yang menggunakan kekuatan intelektual dan penalarannya dalam mengembangkan prinsip perdagangan saham jangka panjang dan membuat perusahaannya mencetak rekor laba tinggi. Hal ini lah yang membuat saya tergugah untuk memulai berinvestasi pada instrumen tersebut,” kisah Dikki kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Dalam mengawali petualangan dalam dunia investasi, Dikki bercerita bahwa banyak teman dan keluarganya yang justru tidak mendukung langkahnya. Maklum, saham adalah instrumen yang dinilai sulit dan peluang ruginya besar. Kendati demikian, Dikki tak patah arang dan tetap mantap mendalami dunia investasi saham.
Baca Juga: Catat, ini 7 tips mengelola keuangan di masa pandemi
Langkah awal Dikki rupanya tidak berjalan mulus. Setelah mengalami keberhasilan, dia pun digerogoti rasa tamak untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Salah mengambil keputusan, pria berusia 40 tahun ini pun lantas rugi yang besar.
“Saya pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Hal itu terjadi karena kealpaan saya yang terlalu mempercayakan transaksi kepada broker dan masih kurangnya penguasaan strategi maupun analisa pasar secara mendalam,” ujar Dikki.
Bukannya kapok, Dikki justru menjadikan kesalahan tersebut sebagai pelajaran berharga bagi dirinya. Setelah itu, dia lebih giat belajar strategi investasi dan analisa pasar baik fundamental maupun teknikal, agar bisa mengambil keputusan yang tepat. Pria yang dulunya menekuni ilmu akuntansi ini juga selalu berupaya menekan emosinya dalam setiap pengambilan aksi beli maupun jual.
Baca Juga: Profil Arisudono Soerono, Direktur Baru PT Danareksa
Kini, dengan bertambahnya jam terbang, Dikki selalu memastikan untuk mendiversifikasi aset agar meminimalisir risiko di tengah volatilitas pasar yang sedang tinggi akibat ketidakpastian kondisi ekonomi di situasi pandemi seperti saat ini. Dia pun, menyusun alokasi keranjangnya dengan memprioritaskan emas sebesar 35%, lalu saham 30%, properti dan deposito masing-masing 20% & 15%.
“Dalam merespons situasi pandemi, saya sigap mengubah proporsi keranjang portofolio dengan menyasar emas sebagai instrumen terkuat. Ini karena sifat emas sebagai safe haven dan punya peluang profit yang menjanjikan seiring prospek harga yang kian meroket menggugah nalar saya untuk memaksimalkan keuntungan transaksi perdagangan emas dunia,” jelas lulusan Universitas Tarumanegara ini.
Baca Juga: Ini kunci sukses berinvestasi Meilyna Widjaja, Dirut Optima Prima Metal (OPMS)