Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar mulai ancang-ancang memilah sektor dan saham pilihan yang menarik dikoleksi hingga tahun 2023. Sejumlah analis pun optimistis, pasar saham Indonesia masih cerah pada tahun depan.
Di kawasan Asia Tenggara, JPMorgan Chase & Co. menaruh perhatian khusus terhadap pasar saham Indonesia. Mengutip pemberitaan Bloomberg pada Rabu (9/11), Co-Manager JPMorgan ASEAN Equity, Stacey Neo, menyoroti sejumlah faktor yang akan menopang pasar pada tahun 2023.
Mulai dari tingginya harga komoditas pada jangka waktu yang lama, pembukaan kembali perekonomian, serta bangkitnya pariwisata. Secara sektoral, Neo menjagokan saham emiten perbankan.
Perbankan akan mendapatkan keuntungan dari ekspansi margin di lingkungan kenaikan suku bunga dan inflasi, serta permintaan pinjaman yang lebih tinggi dan adopsi teknologi.
Selain bank, Neo juga melirik saham terkait kendaraan listrik. Terlebih Indonesia mengembangkan cadangan nikelnya yang besar, dan berencana untuk mensubsidi pembelian mobil listrik tahun depan.
Baca Juga: Terperosok ke Bawah 7.000, Simak Proyeksi IHSG untuk Jumat (11/11)
CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya turut menatap optimis pasar saham Indonesia di tahun 2023. Terlebih ada potensi limpahan dana dari investor asing yang akan mengalir ke pasar Indonesia.
Tengok saja, beberapa fund besar memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China dengan berbagai faktornya. Mulai dari geopolitik yang memanas dengan Taiwan, hingga kebijakan ketat zero Covid-19.
"Hal itu bisa membuat flow rebalancing ke China akan shifting ke negara lain, salah satunya Indonesia. Pembelian asing rebalancing akan lebih menyukai saham big caps yang didominasi oleh bank," jelas Bernadus kepada Kontan.co.id, Kamis (10/11)
Apalagi, emiten bank diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III-2022 sebagai katalis positifnya. Gross Domestic Product (GDP) yang tumbuh 5,72% mendongkrak pertumbuhan kredit di posisi 11% per September.
Permintaan kredit bank mencatatkan kinerja yang apik. Tak hanya bagi emiten bank berkapitalisasi jumbo (big caps), tapi juga bank syariah seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS).
Financial Expert Ajaib Sekuritas, M. Julian Fadli, sepakat bahwa saham perbankan layak menjadi primadona baik dari sisi kinerja fundamental maupun pergerakan harga sahamnya. Fadli pun mengedepankan empat bank big caps.
Meliputi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Secara fundamental pun keempat big caps bank itu membukukan pertumbuhan double digit per kuartal III-2022.
"Melihat tren tersebut, kami melihat harga saham-saham big caps perbankan masih sangat menarik untuk diinvestasikan pada saat ini hingga di sepanjang tahun 2023," ungkap Fadli.
Di sisi lain, emiten yang terkait dengan kendaraan listrik juga menemukan momentum. Katalis kuat datang dari dorongan pemerintah terhadap ekosistem kendaraan listrik sebagai komitmen menekan jumlah emisi karbon.
Kondisi ini bersamaan dengan meningkatnya permintaan secara global. Hal itu memberikan katalis positif pada kenaikan harga komoditas nikel, tembaga, kobalt, lithium serta material baterai lainnya.
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,46% ke Level 6.996 pada Perdagangan Kamis (10/11)
Terkait prospek kendaraan listrik, Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana punya catatan tersendiri. Menurutnya, prospek industri kendaraan listrik masih dalam rentang jangka panjang.
Sedangkan dalam jangka pendek, masih terlalu dini untuk euforia. Setidaknya, perlu mencermati sejauh mana realisasi program pebisnis dan pemerintah dalam membangun infrastruktur dan ekosistem kendaraan listrik.
Rotasi dan Rekomendasi Saham
Raditya pun punya jagoan tersendiri terkait sektor dan saham yang menarik dilirik untuk tahun depan. Dia menjagokan saham yang bergelut di bisnis kelapa sawit (CPO), bank digital, konstruksi, dan media.
Saham pilihan Raditya adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA), dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).
Proyeksi pasar secara umum, Raditya optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan terus melaju pada tahun depan. Setidaknya menyentuh level psikologis di 7.500 pada kuartal pertama 2023.
Pengamat Pasar Modal, Riska Afriani turut meyakini prospek cerah pasar saham Indonesia. Terlebih dengan fundamental ekonomi yang kuat disertai ketahanan energi dan pangan, ketika sejumlah negara ada di ambang krisis.
Riska bilang, saham-saham big caps masih akan mendorong laju IHSG pada tahun depan, yang mana saham perbankan akan menjadi penggerak.
"Dengan harga saham-saham perbankan hari ini, masih menarik untuk mengakumulasi," imbuhnya.
Baca Juga: IHSG Rontok 1,46% ke 6.996, Saham-Saham LQ45 Ini Anjlok Lebih 6%, Kamis (10/11)
Saham pertambangan batubara juga masih layak dipilih. Tapi, Riska mengingatkan terjadinya rotasi sektoral. Sebab, penguatan saham batubara biasanya merupakan siklus, yang saat ini terdongkrak oleh lonjakan harga komoditas imbas dari perang Rusia-Ukraina.
Paling tidak, Riska memproyeksikan kinerja saham batubara masih akan apik hingga kuartal I-2023. "Setelah masuk kuartal berikutnya, harus perhatikan bagaimana kondisi global, harga komoditas bisa saja turun seiring mereda-nya tensi geopolitik," jelasnya.
Selepas booming commodity, pelaku pasar bisa mengantisipasi menguatnya pasar properti. Apalagi, mayoritas emiten juga mampu mencetak pertumbuhan laba dan pendapatan pra-penjualan (marketing sales) di tahun ini.
Yang perlu menjadi perhatian adalah efek tren kenaikan suku bunga terhadap emiten properti. "Sehingga untuk properti jangan ekspektasi dalam waktu cepat. Jadi ambil untuk jangka panjang," saran Riska.
Sektor jagoan lainnya adalah consumer goods yang cenderung defensif. Kemudian, sektor kesehatan bisa kembali dilirik, mengantisipasi kasus Covid-19 yang kembali merebak. "Untuk pilihan saham dari sektor-sektor tersebut, saya sarankan cermati LQ45," kata Riska.
Sementara itu, Bernadus menyodorkan enam sektor yang memiliki kecenderungan menguat dan menarik dilirik pada tahun depan. Meliputi sektor consumer cyclical, non-cyclical, barang baku, energi, keuangan, dan kesehatan.
Baca Juga: Sektor Perkebunan Tumbuh Positif, Berikut Rekomendasi Saham Emiten CPO
Sedangkan Fadli menjagokan saham sektor perbankan dan konsumer sebagai pilihan utama pada tahun 2023. Diversifikasi bisa dilakukan pada saham top metal mining seperti komoditas nikel.
Saham rekomendasi beli dari Fadli adalah BBCA dengan target harga Rp 9.500 - Rp 10.000, BMRI target harga Rp 11.500, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) target harga Rp 10.700 - Rp 11.000, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan target harga Rp 8.350.
Di sisi lain, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM mengingatkan agar pelaku pasar mewaspadai efek kenaikan suku bunga yang bisa menambah beban korporasi. Kemudian, efek tahun politik menjelang Pemilu dan Pilpres 2024.
Momentum ini bisa menjadi pisau bermata dua bagi pasar saham. "Pada tahun menjelang pemilu biasanya investor mengamankan portofolio mereka ke aset yang lebih safe," ujar Roger.
Dia juga melihat adanya potensi rotasi sektoral, dengan kecenderungan penurunan harga komoditas seperti batubara. Sedangkan untuk saham perbankan, empat bank big caps, BBCA, BBNI, BMRI, dan BBRI masih layak dipilih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News