Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten pengembang energi baru terbarukan (EBT) telah merilis laporan keuangan dengan hasil yang cukup beragam. Kalangan analis pun menganggap emiten di sektor ini memiliki prospek kinerja yang menjanjikan pada masa mendatang.
Salah satu emiten, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) BREN meraih kenaikan pendapatan 3,44% year on year (yoy) menjadi US$ 300,07 juta pada semester I-2025. Pada saat yang sama, emiten pengembang energi panas bumi milik Prajogo Pangestu ini mencetak kenaikan laba bersihnya 12,98% yoy jadi US$ 65,47 juta.
CEO Barito Renewables Energy Hendra Soetjipto Tan menyampaikan, kinerja panas bumi BREN memperlihatkan hasil solid setelah normalisasi operasional pada proyek PLTP Darajat dan kontribusi tambahan dari Salak Binary. Disiplin biaya yang konsisten dan strategi keuangan BREN juga telah menghasilkan perluasan margin dan peningkatan laba.
Baca Juga: Emiten Ramai-Ramai Ekspansi ke Sektor EBT, Begini Pandangan Analis
"Ke depan, kami akan tetap fokus pada ekspansi kapasitas terpasang untuk mendukung transisi Indonesia menuju sistem energi rendah karbon," ujar dia dalam keterbukaan informasi, Kamis (31/7/2025).
Berbeda dengan BREN, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang juga spesialis pengembang panas bumi mengalami penurunan laba bersih 28,73% yoy menjadi US$ 68,96 juta pada semester I-2025. Namun, emiten Grup Pertamina ini sanggup meraih pertumbuhan pendapatan 0,53% yoy menjadi US$ 204,85 juta.
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Yurizki Rio mengaku, tantangan geopolitik dan ekonomi global memengaruhi aspek pendanaan proyek dan biaya operasional perusahaan.
PGEO mencatat kenaikan pendapatan 0,53% yoy jadi US$ 204,85 juta, namun laba bersihnya turun 28,73% yoy jadi US$ 68,96 juta di semester I-2025. Walau begitu, PGEO mengklaim mampu meraih kinerja operasional yang tetap solid.
“Net profit perusahaan masih tetap sehat, dan EBITDA margin kami terjaga di atas 80%, sehingga mencerminkan efisiensi dan profitabilitas dalam mengelola aset dan operasional,” imbuhnya dalam keterangan resmi, Rabu (30/7/2025).
Emiten lain, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) membukukan kenaikan pendapatan 42,06% yoy menjadi Rp 142,53 miliar pada semester I-2025. Perusahaan pengembang pembangkit hidro ini juga meraih kenaikan laba bersihnya 20,08% yoy menjadi Rp 36,89 miliar.
Sebaliknya, PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) mengalami koreksi pada pendapatannya sebesar 16,05% yoy menjadi US$ 18,99 juta pada paruh pertama 2025. Laba bersih KEEN juga ikut turun 16,50% yoy menjadi US$ 8,25 juta.
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi berpendapat, beragamnya hasil kinerja keuangan dari beberapa emiten EBT ini memperlihatkan perbedaan pada komposisi maupun skala proyek EBT dari emiten yang bersangkutan.
Sebagai contoh, BREN dan PGEO merupakan pengembang panas bumi terkemuka yang proyek-proyeknya memiliki struktur biaya dan margin yang berbeda dengan emiten EBT lain seperti ARKO atau KEEN yang menggarap proyek pembangkit listrik tenaga air.
Di samping itu, tingginya kebutuhan pendanaan termasuk penggunaan pinjaman (leverage) juga bisa mempengaruhi kinerja emiten pengembang EBT, terutama dari sisi bottom line. Pendanaan ini sangat krusial mengingat banyak proyek EBT yang masih dalam pengembangan atau konstruksi.
“Emiten EBT yang lagi ekspansi pasti mereke high leverage,” ujar Wafi, Rabu (6/8/2025).
Baca Juga: Menilik Dampak RUPTL 2025-2034 ke Emiten EBT dan Batubara, Bagaimana Prospeknya?
Untuk semester II-2025, peluang emiten EBT untuk kembali meningkatkan kinerja keuangannya masih sangat terbuka. Salah satu faktor pemicunya adalah pemulihan ekonomi nasional yang akan mendongkrak konsumsi listrik, termasuk listrik dari sumber energi hijau.
"Dengan adanya pertumbuhan listrik itu, maka akan menjadi katalis positif bagi kinerja emiten EBT," kata Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, Selasa (5/8/2025).
Dalam catatan Kontan, pertumbuhan konsumsi listrik yang positif tercermin dari kinerja PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN yang membukukan penjualan listrik sebesar 155,62 Terawatt hour (TWh) sepanjang semester I-2025 atau tumbuh 4,36% yoy.
Selain itu, langkah BPI Danantara yang cukup agresif untuk berinvestasi di sektor energi terbarukan juga menjadi sentimen positif bagi emiten pengembang EBT, meski efeknya belum akan terlihat signifikan dalam jangka pendek.
Nafan menyarankan investor untuk wait and see untuk saham-saham di sektor pengembang EBT.
Sementara itu, dari sekian emiten EBT, Wafi menyebut BREN berpeluang menjadi unggulan di sektor tersebut, mengingat emiten ini masih terus ekspansi. Di samping itu, PGEO juga cukup menarik prospeknya dalam jangka menengah asalkan mereka bisa lancar dalam melakukan refinancing utang dan meningkatkan efisiensi.
Wafi menyebut saham BREN dan PGEO dapat dikoleksi dengan target harga masing-masing di level Rp 9.000 per saham dan Rp 1.500 per saham.
Selanjutnya: 6 Cara Menentukan Harga Jual Produk, Tips Awali Usaha dari Bawah
Menarik Dibaca: Jadwal KRL Solo Jogja untuk Tanggal 7-8 Agustus 2025, Lihat di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News