kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Simak Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja Astra International (ASII) di Tahun Ini


Jumat, 09 Mei 2025 / 08:44 WIB
Simak Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja Astra International (ASII) di Tahun Ini
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham dan prospek kinerja Astra International (ASII) untuk sisa tahun 2025


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian ekonomi dalam negeri dan global membuat PT Astra International Tbk (ASII) mengambil langkah hati-hati dalam menggelontorkan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk tahun 2025.

Presiden Direktur ASII Djony Bunarto Tjondro mengatakan bahwa ASII menganggarkan belanja modal sebesar Rp 28 triliun untuk tahun 2025.  Namun, total capex tersebut berpotensi turun menjadi Rp 25 triliun atau bahkan lebih rendah, karena faktor situasi daya beli domestik yang cenderung melemah dan ekonomi global yang kurang baik.

"Apakah capex Rp 28 triliun masih menjadi pegangan? Mungkin. Kita sesuaikan dengan kondisi dan perlu lebih waspada dalam mengguyurkan belanja modal. Jadi bisa saja (anggaran capex) turun," kata Djony dalam konferensi pers di Menara Astra, Kamis (8/5).

Adapun realisasi belanja modal ASII hingga periode tiga bulan pertama tahun ini sudah mencapai Rp 4,5 triliun.

Djony juga menerangkan bahwa belanja modal itu diperuntukkan untuk sektor bisnis yang menopang kinerja bisnis inti Astra, seperti otomotif, jasa keuangan, alat berat pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan properti.

Baca Juga: Astra International (ASII) Anggarkan Capex Rp 28 Triliun di Tahun 2025

"Jadi bisnis inti ini tentunya menjadi perhatian kita karena yang akan mendorong profit lebih stabil," ujar Djony.

Untuk sektor otomotif misalnya, belum lama ini Astra dan Toyota memperkuat kemitraan strategis dan memperluas kolaborasi di bisnis mobil bekas (used car) di Indonesia melalui kemitraan di PT Astra Digital Mobil (ADMO).

Dalam kerja sama ini, Toyota Motor Asia (Singapore) Pte. Ltd. (TMA) resmi mengakuisisi 40% saham ADMO. Transaksi dilakukan melalui pembelian saham baru dan saham yang sudah ada, dengan total nilai mencapai US$ 120 juta atau sekitar Rp 2 triliun. Meskipun demikian, Astra tetap menjadi pemegang saham mayoritas melalui PT Astra Digital Internasional (ADI) dengan kepemilikan 60%, sehingga tetap mengendalikan operasional ADMO.

Selain bisnis inti, ASII juga melihat peluang untuk berinvestasi pada bisnis yang prospektif, misalnya kesehatan, infrastruktur dan energi terbarukan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur ASII, Gidion Hasan, mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi target investasi Astra menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan pendapatan khususnya di sektor kesehatan.

Sebagai contoh, Halodoc mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 50% secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2025, mencerminkan peningkatan yang signifikan dari sisi fundamental.

Gidion juga mengungkapkan tren serupa terjadi di Heartology Cardiovascular Hospital, sebuah rumah sakit jantung yang menjadi bagian dari portofolio investasi Astra sejak Oktober 2024. Dibandingkan dengan sebelum akuisisi, pendapatan bulanan Heartology mengalami peningkatan traffic sekitar 50%.

Baca Juga: Astra International (ASII) Akan Bagikan Dividen Final Rp 12,46 Triliun

"Namun tetap saja karena investasi kami masih sangat awal, jadi belum bisa memberikan kontribusi signifikan bagi grup Astra," jelas Gidion.

Djony menjelaskan bahwa untuk menjaga ketahanan keuangan, perusahaan tetap menerapkan disiplin finansial. Salah satu caranya adalah dengan memastikan belanja modal (capex) bersifat fleksibel, sehingga dapat disesuaikan sesuai kondisi, sambil tetap mengelola pengeluaran secara efisien.

"Tetapi untuk cost yang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pendapatan jangka panjang kita tidak bisa stop," jelas Djony. 

Pada kesempatan yang sama, ASII juga bakal menggelontorkan pembagian dividen tunai sebesar Rp 16,43 triliun atau Rp 406 per saham. Pembayaran dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim sebesar Rp 98 atau sekitar Rp 3,96 triliun yang telah dibayarkan pada 31 Oktober 2024 lalu.

Dengan begitu, total pembagian dividen final ASII mencapai Rp 12,46 triliun atau Rp 308 per saham. 

 

Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menerangkan bahwa periode tahun 2025 menjadi cukup menantang bagi ASII lantaran adanya sentimen penurunan daya beli. 

Kondisi ini turut dipengaruhi oleh masih bertahannya suku bunga di level tinggi, pemberlakuan pajak barang mewah, serta meningkatnya persaingan di industri otomotif. 

Meski demikian, Astra telah mulai melakukan diversifikasi ke berbagai sektor, seperti jasa keuangan, infrastruktur, serta potensi sektor lain seperti energi terbarukan dan teknologi. 

"Namun, perlu dicatat bahwa investasi di sektor-sektor ini umumnya membutuhkan waktu untuk mulai memberikan kontribusi signifikan terhadap profitabilitas perusahaan," ujar Ekky kepada Kontan, Kamis (8/5).

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, menilai bahwa prospek Astra pada tahun 2025 sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan insentif dari pemerintah. Insentif ini dapat menjadi pendorong bagi sektor otomotif serta akses bagi proyek-proyek infrastruktur yang dijalankan oleh anak perusahaan Astra. 

Selain itu, pergerakan harga komoditas juga menjadi sentimen penting, terutama bagi emiten di sektor energi dan agribisnis.

Indy juga mencatat bahwa lemahnya daya beli masyarakat masih menjadi tantangan, yang tercermin dari penurunan Purchasing Managers' Index (PMI) dan rendahnya tingkat inflasi. Di sisi lain, volatilitas nilai tukar rupiah dapat memberikan tekanan pada margin perusahaan.

Baca Juga: Astra (ASII) dan Toyota Perluas Kolaborasi Bisnis Mobil Bekas di Indonesia

"Bagi investor, penting untuk memantau fundamental Astra, termasuk laporan keuangan, kebijakan pembagian dividen, serta perkembangan kondisi makroekonomi yang dapat mendukung pemulihan sektor," jelas Indy kepada Kontan, Kamis (8/5).

Indy merekomendasikan untuk buy saham ASII di target harga jangka panjang hingga Rp 5.500.

Dari sisi teknikal, Ekky menerangkan pergerakan saham ASII saat ini masih cenderung sideways. Harga saham ini mampu menembus resistance kuat di level Rp 5.000. Namun, apabila terjadi pembalikan arah dan breakout di atas level tersebut, saham ASII berpeluang melanjutkan penguatan dengan target kenaikan ke area Rp 5.300.

Selanjutnya: Pasar Segera Buka, IHSG Berpotensi Terjadi Aksi Profit Taking Jelang Libur Waisak

Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian 9 Mei 2025 Antam dan UBS Kompak Melemah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×