Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk mencatatkan kinerja cemerlang sepanjang akhir tahun lalu. Emiten yang mempunyai kode saham SSIA, anggota indeks Kompas100 ini telah meraup pendapatan Rp 3,681 triliun sepanjang tahun 2018.
Pendapatan ini tumbuh 12,54% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,274 triliun.
Peningkatan pendapatan SSIA disebabkan oleh pendapatan konstruksi yang naik 14,8% year on year (yoy) menjadi Rp 2,44 triliun pada akhir 2018.
Selanjutnya dari perhotelan naik 14,8% yoy menjadi Rp 799,7 miliar. Sementara itu, lini bisnis properti SSIA meningkat sekitar 6,5% yoy menjadi Rp 439,4 miliar karena ada penjualan tanah sebesar 8,6 hektare.
Analis Danareksa Sekuritas, Victor Stefano menilai pencapaian SSIA tak sepenuhnya berjalan mulus. Karenanya tahun lalu laba bersih SSIA terkoreksi cukup dalam yakni sebesar 96,8% menjadi Rp 37,7 miliar dari sebelumnya Rp 1,18 triliun. Penurunan drastis ini terjadi karena SSIA tidak lagi mencatat pendapatan lainnya seperti tahun 2017.
Pendapatan lainnya berasal dari keuntungan penjualan investasi dan pengalihan hak atas aset yang mencapai Rp 1,73 triliun. Pada tahun 2017, SSIA lewat entitas anak, yakni PT Karsa Sedaya Sejahtera dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan PT Astratel Nusantara sehubungan dengan penjualan hak-hak tertentu dalam PT Bhaskara Utama Sedaya dan PT Lintas Marga Sedaya.
Karsa Sedaya Sejahtera dan NRCA menjual dan mengalihkan hak atas aset KSS dan NRC secara eksklusif kepada Astratel. Inilah yang menyebabkan laba bersih SSIA melonjak di tahun 2017 dan turun drastis di tahun lalu.
Victor memprediksi secara pendapatan SSIA bisa tumbuh tahun ini sekitar 4%-5% menjadi Rp 3,828-Rp 3,865 triliun. Ia melihat meskipun penjualan aset-aset lahan belum bisa berkontribusi, setidaknya lini bisnis konstruksi dan hotel mampu menstimulus kinerja SSIA.
Sementara untuk laba bersih SSIA diprediksi masih bisa tergerus hingga Rp 27-Rp 26 miliar. “Selama tidak ada penjualan tanah yang signifikan maka laba terancam koreksi,” kata Victor kepada Kontan.co.id, Kamis (28/3).
Ia menambahkan bahwa bisnis tanah SSIA akan terhambat sampai semester 1 tahun ini. Mengingat periode tahun politik akan berlangsung pada periode tersebut. Ini membuat gairah investor di sektor konstruksi melemah.