Reporter: Yoliawan H | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penghuni indeks Kompas100 pada tahun 2018 mencatat kinerja rata-rata positif sepanjang 2018. Hal itu terlihat dari 48 emiten anggota Kompas100 yang telah melaporkan kinerja mereka. Dari jumlah itu, 39 emiten mencatatkan pertumbuhan laba positif dan sisanya mencatatkan pertumbuhan negatif.
Adapun 10 saham dengan kinerja pertumbuhan laba paling moncer adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Di sisi lain, adapun 9 saham dengan pertumbuhan laba negatif adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) dan PT Indosat Tbk (ISAT).
ANTM tercatat emiten dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 542,65% year on year (yoy) dengan torehan laba bersih Rp 874 miliar. Sedangkan ISAT menjadi emiten dengan penurunan kinerja laba paling dalam yakni -310,53% yoy menjadi rugi Rp 2,40 triliun.
Menanggapi kondisi ini, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, jika melihat secara sektornya memang sektor tambang, logam dan konstruksi mencatat kinerja yang cukup baik. Itu semua di dukung dari harga komoditas yang memang masih baik di tahun 2018 lalu.
“Untuk konstruksi sendiri, dengan banyaknya proyek yang selesai dan mulai menerima pembayaran, kekhawatiran atas arus kas di sektor konstruksi mulai berkurang,” ujar Chris kepada Kontan, Senin (25/3).
Menurutnya, di kondisi sekarang, tercermin sektor konstruksi dan metal akan terus melanjutkan kinerja moncer di tahun 2019. Selain itu, emiten dengan diversifikasi bisnis yang kuat seperti UNTR juga diprediksi akan terus melaju positif.
Chris melanjutkan, sentimen besar yang harus dicermati adalah perang dagang. Pembahasan kelanjutan perang dagang pekan ini antara AS dan China diprediksi tidak menimbulkan gejolak berarti. Namun ia menyarakan, investor harus melihat tarik ulur negosiasi ini akan berlangsung hingga kapan.
“Karena ketidakjelasan perang dagang akan membuat investor lebih wait and see,” ujar Chris.
Beberapa saham yang paling direkomendasikan adalah ANTM dengan target harga Rp 1.500 per saham, PGAS dengan target harga Rp 2.800 per saham, BTPN dengan target harga Rp 4.000 per saham dan WIKA dengan target harga Rp 2.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News