kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Simak Prospek Kinerja Emiten Properti di Tengah Potensi Penurunan Suku Bunga AS


Senin, 11 Maret 2024 / 19:32 WIB
Simak Prospek Kinerja Emiten Properti di Tengah Potensi Penurunan Suku Bunga AS
ILUSTRASI. Pembangunan perumahan di BSD City, Tangerang Selatan, Rabu (5/2). KONTAN/Baihaki/5/2/2020


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

Ketiga, potensi penurunan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia. Arsita mengatakan, meskipun sepanjang tahun 2023 BI menaikkan suku bunga acuan 25bps menjadi 6%, kinerja sektor properti cenderung positif.

Hal ini ditunjukkan dari pencapaian target pendapatan pra penjualan alias marketing sales para emiten properti.

“Tren penurunan suku bunga kemungkinan besar akan semakin meningkatkan prospek peningkatan marketing sales di tahun 2024 melalui penurunan suku bunga kredit,” katanya.

Arsita memperkirakan, penurunan suku bunga akan terjadi di semester I 2024, baik untuk The Fed maupun BI.

Baca Juga: Permintaan Minyak Sawit Meningkat di Bulan Ramadan, Simak Rekomendasi Saham CPO

“Aset yang akan diuntungkan dari penurunan suku bunga ini adalah aset hunian rumah melalui dukungan insentif pajak serta penurunan suku bunga kredit,” ujarnya.

Menurut Arsita, kinerja CTRA menarik untuk diperhatikan. Sebab, di tengah tantangan suku bunga tinggi di tahun 2023, CTRA mampu mencetak marketing sales tertinggi senilai Rp 10,2 triliun atau mencapai 105% dari target awal.

“CTRA juga diuntungkan dengan adanya insentif PPN DTP. Sebab, penjualan terbesar CTRA sebagian besar berasal dari pembeli rumah tangan pertama dengan range harga rumah Rp 2 miliar- Rp 5 miliar,” paparnya.

Secara teknikal, saham CTRA dalam kondisi sideways. Sehingga, strategi trading yang dilakukan adalah trading buy untuk CTRA dengan entry level di Rp 1.230 per saham dan target di level Rp 1.320 per saham.

Investor dapat mempertimbangkan cut loss untuk CTRA ketika breaklow level Rp 1.210 per saham. Hal ini didukung oleh potensi golden cross pada Stochastic RSI.

“Dari sisi fundamental fair value, saham CTRA dalam kondisi undervalued. Dengan pendekatan weighted average EV/EBITDA, diperoleh target harga sebesar Rp 1.684 per saham,” jelasnya.

Menurut Arsita, sejumlah saham emiten properti memang masih dalam kondisi sideways. Oleh karena itu, Arsita juga merekomendasikan trading buy untuk BSDE, PWON, dan SMRA.

Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Emiten CPO Jelang Ramadan

Untuk BSDE, entry level ada di Rp 1.015 per saham dengan target di level Rp 1.055 per saham. Investor dapat mempertimbangkan cutloss untuk BSDE ketika kurang dari Rp 1.015 per saham.

Untuk PWON, entry level ada di Rp 406 – Rp 408 per saham dengan target di level Rp 428 per saham. Investor bisa mempertimbangkan cutloss jika harga kurang dari Rp 404 per saham.

Untuk SMRA, entry level ada di Rp 535 – Rp 540 per saham dengan target di level Rp 580 per saham. Investor bisa mempertimbangkan cutloss jika kurang dari Rp 520 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×