Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang Ramadan biasanya terjadi peningkatan minyak goreng dibandingkan permintaan di bulan-bulan lainnya.
Tahun lalu saja, di periode Ramadan hingga Lebaran, pemerintah melakukan kebijakan domestic stock obligation (DMO) minyak goreng sebanyak 450.000 ton. Padahal di bulan-bulan lainnya hanya 300.000 ton.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengamati, awal tahun 2024 membawa sejumlah ketidakpastian terkait harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar global. Namun peningkatan harga CPO umumnya terjadi saat perayaan hari besar agama, terutama di awal dan akhir tahun.
"Walaupun faktor-faktor tertentu seperti perayaan Imlek dan bulan Ramadan dapat menjadi pemicu peningkatan demand di sektor ini ke depannya. Jika melihat secara historical, peningkatan harga CPO bisa terjadi saat perayaan hari besar agama," kata Khaer kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3).
Baca Juga: Harga CPO Terus Naik Jelang Ramadan, Intip Prospeknya Berikut Ini
Meskipun begitu, secara umum tren harga CPO masih tertekan di awal tahun ini. Karena permintaan dari luar masih lemah lantaran pasar masih terjadi oversupply. Harga minyak sejenis seperti minyak kedelai dan minyak biji matahari juga masih lemah.
"Oleh karena itu kami sendiri menilai harga CPO jelang puasa dan Lebaran akan bertahan di MYR 4.000 per ton dengan harga tertinggi di MYR 4.100 per ton," tuturnya.
Sementara hingga akhir tahun, Khaer melihat harga CPO akan berada di kisaran MYR 3.500 - MYR 3.700 per ton.
Di sisi lain ada dorongan dari mandat biodiesel Indonesia dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk melakukan uji terap program biodiesel 40% atau bahan bakar nabati dari sawit (B40) untuk sektor non-industri tahun ini. Di mana Mandat biodiesel yang lebih tinggi inikami nilai akan membatasi pasokan minyak nabati ke depannya.
Sentimen lainnya yang membuat harga CPO naik yaitu, data output 1-20 Februari 2024 yang bakal dipublikasikan akhir pekan ini, yang diperkirakan akan turun dan dapat mendukung harga.
"Meskipun demikian, pasar CPO tetap rentan terhadap peristiwa luar biasa atau perubahan mendadak dalam kebijakan pemerintah yang dapat memicu pergerakan harga yang signifikan," lanjut Khaer.
Baca Juga: Harga CPO Naik Jelang Ramadan, Bagaimana Prospeknya ke Depan?
Sebagai contoh, kebijakan terkait ekspor dan impor kelapa sawit, peraturan lingkungan, dan perubahan dalam tren konsumen global dapat memiliki dampak langsung pada harga CPO.
Khaer merekomendasikan untuk wait and see terhadap sejumlah saham, seperti saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News