Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah setelah sebelumnya menghijau pada perdagangan tiga hari belakangan, bahkan IHSG mulai rebound dan naik 5,83% dalam sepekan kemarin.
Tapi, pada perdagangan Senin (10/3), IHSG kembali ke zona merah dengan penurunan 0,57% atau berada di level 6.598,21.
Economist PT Panin Sekuritas Tbk Felix Darmawan mengatakan untuk dapat kembali ke level 7.000-an pada akhir kuartal I-2025, IHSG masih memerlukan dorongan sentimen positif yang lebih kuat dan konsisten.
Baca Juga: BRI Danareksa Pangkas Target Harga Saham Astra International (ASII), Simak Ulasannya
Dalam jangka pendek, beberapa faktor yang perlu diperhatikan ialah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan perkembangan ekonomi global, terutama di Amerika Serikat dan China.
"Kalau ada kejutan dari sisi kebijakan atau data ekonomi yang mengecewakan, market bisa terpengaruh," kata Felix kepada Kontan, Senin (10/3).
Sementara dalam jangka menengah, kebijakan pemerintahan baru dan stabilitas politik domestik akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG.
Pasar cenderung tidak menyukai ketidakpastian, terutama jika kebijakan ekonomi yang diterapkan berdampak langsung pada emiten di bursa.
Jika kebijakan dianggap positif oleh pelaku pasar, maka IHSG berpeluang menguat lebih lanjut.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,57% ke 6.598 pada Senin (10/3), INCO, ANTM, MDKA Top Losers LQ45
Di samping itu, jika dibandingkan dengan kuartal I-2024, pergerakan IHSG saat itu terdorong oleh optimisme menjelang Pemilu Presiden.
"Sedangkan di kuartal I-2025, market lebih banyak diwarnai ketidakpastian dari sisi global dan politik domestik. Secara kuartalan, volatilitas sekarang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," jelas Felix.
Saham-Saham Penggerak IHSG
Di tengah fluktuasi IHSG, saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masih menjadi penopang utama indeks.
Selain itu, sektor konsumer juga menarik perhatian, dengan JPFA menjadi salah satu opsi yang berpotensi menguntungkan di tengah kondisi pasar saat ini.
Selain itu, saham emiten yang belum merilis laporan keuangan dan menunjukkan potensi pertumbuhan kinerja juga dapat menjadi peluang untuk strategi trading cepat.
Selanjutnya: KPK Geledah Rumah Ridwan Kamil, Terkait Kasus Apa?
Menarik Dibaca: Lirik Lagu Handlebars Jennie feat Dua Lipa dan Terjemahannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News