kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.826.000   20.000   1,11%
  • USD/IDR 16.650   -95,00   -0,57%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Melihat Arah Pasar Saham di Sisa Kuartal I, Cermati Rekomendasi Saham Berikut


Minggu, 23 Februari 2025 / 16:17 WIB
Melihat Arah Pasar Saham di Sisa Kuartal I, Cermati Rekomendasi Saham Berikut
ILUSTRASI. Mahasiswa mengunjungi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta?(15/1/2025). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan pasar saham yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menunjukkan tren pelemahan. 

IHSG masih berada di zona merah atau melemah 3,91% secara year to date (ytd) hingga perdagangan Jumat (21/2). Net sell asing juga tercatat mencapai Rp 10,97 triliun ytd di seluruh pasar. 

Sentimen pelemahan indeks juga disebabkan oleh sejumlah faktor. Yang terbaru, data moneter suku bunga acuan BI yang tetap dipertahankan 5,75% pada Rapat Dewan Gubernru (RDG) Februari nyatanya belum mampu menenangkan pasar. Ketidakpastian dari global seperti perang dagang juga jadi sentimen negatif di pasar.

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menilai bahwa pasar saham masih akan menghadapi tantangan dinamis di sisa kuartal pertama 2025. 

Dari sisi eksternal, kebijakan tarif terbaru yang diterapkan oleh Trump, termasuk tarif 25% untuk sektor otomotif, semikonduktor, dan farmasi.

"Pasar mengkhawatirkan multiplier effect, khususnya pada inflasi global dan kekhawatiran pengenaan tarif reciprocal lainnya," kata Audi kepada Kontan, Minggu (23/2).

Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat Terbatas pada Perdagangan Senin (24/2), Ini Sentimennya

Selain itu, ketegangan geopolitik yang belum sepenuhnya mereda, seperti konflik Rusia-Ukraina, turut memengaruhi harga minyak dunia.

Di dalam negeri, fluktuasi nilai tukar rupiah yang masih mendapat tekanan dari indeks dolar Amerika Serikat (AS) menimbulkan ketidakpastian bagi investor asing mengenai stabilitas domestik. 

Sementara itu, sikap bank sentral, baik The Federal Reserves (The Fed) maupun Bank Indonesia, yang masih berhati-hati dalam memangkas suku bunga juga menjadi perhatian. Jika narasi higher for longer tetap bertahan, arus modal masuk ke pasar saham berpotensi tertahan.

Meski demikian, terdapat beberapa sentimen yang berpotensi menopang pasar. Pertama, rilis laporan kinerja emiten untuk kuartal I-2025 apabila mencatat pertumbuhan positif atau melampaui ekspektasi dapat menjadi katalis bagi pasar. 

Kedua, daya beli masyarakat yang tetap terjaga, terutama menjelang ramadan, diharapkan dapat mendorong konsumsi. Meskipun pada Januari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,76% MoM, optimisme terhadap peningkatan konsumsi masih tinggi, didukung oleh program insentif pemerintah terkait stabilitas harga pangan serta promo dan diskon yang ditawarkan emiten, khususnya di sektor ritel.

Baca Juga: IHSG Naik 2,48%, Saham-Saham Ini Paling Banyak Diborong Asing Sepekan Terakhir

Audi menjelaskan bahwa investor masih memiliki peluang untuk melakukan akumulasi beli di beberapa sektor dengan memanfaatkan momentum yang ada. Pertama, sektor ritel. Berdasarkan data historis, saham emiten ritel cenderung bergerak positif menjelang Ramadan dan Lebaran, sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan mereka pada periode tersebut.

Kedua, saham dividen tinggi (high dividend). Saham dengan dividen tinggi saat ini menarik perhatian, terutama karena beberapa konstituen masih diperdagangkan pada valuasi yang terdiskon. Selain itu, aksi korporasi seperti buyback oleh emiten perbankan semakin memperkuat daya tarik sektor ini.

Audi merekomendasikan buy beberapa saham pilihan, yaitu:

  • PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dengan target harga Rp 1.580 per saham.
  • PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 4.810 per saham.
  • PT Astra International Tbk (ASII) dengan target harga Rp 5.650 per saham.
  • PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan target harga Rp 9.200 per saham.
  • PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dengan target harga Rp 670 per saham.
  • PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dengan target harga Rp 950 per saham.

Baca Juga: IHSG Rebound di Akhir Pekan, Cermati Saham-Saham Favorit Asing, Jumat (21/2)

Sementara itu, Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus, menyatakan bahwa pasar saham saat ini menantikan perkembangan terkait kebijakan tarif yang akan diterapkan pada mitra dagang, serta keputusan Bank of Japan (BoJ) yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga. 

Prediksi ini didasarkan pada lonjakan inflasi Jepang sebesar 4% YoY pada Januari, yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2023.

"Untuk sentimen masih harus dipantau perkembangan nilai tukar rupiah, inflasi Indonesia, dan suku bunga BI," ucap Angga kepada Kontan, Jumat (21/2).

Sementara itu, kebijakan suku bunga The Fed juga menjadi faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pasar. IHSG sangat dipengaruhi oleh arus dana asing, sehingga jika aliran modal asing kembali masuk, hal ini dapat menjadi sinyal positif bagi pasar saham Indonesia.

Selain itu, momentum ramadan berpotensi menjadi katalis positif, mengingat tren konsumsi masyarakat cenderung meningkat pada periode ini. 

Namun, di tengah volatilitas pasar, investor disarankan untuk meningkatkan porsi dana tunai atau menempatkannya di reksa dana pasar uang (RDPU), serta melakukan investasi di saham secara bertahap dengan porsi kecil. 

Saat ini, pendekatan wait and see masih menjadi strategi yang bijak sambil mencermati perkembangan lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×