Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mengumumkan dividen tunai sebesar Rp 1,77 triliun atau setara dengan Rp 108 per saham pada 21 Mei 2025 lalu. Dengan perhitungan harga saham per Selasa (27/5), asumsi dividend yield CPIN sekitar 2,23%.
Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan dua kompetitornya di sektor peternakan unggas, yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang sudah dibagikan dengan yield 8,36% dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) dengan yield 8,55%.
Meski demikian, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata menilai bahwa daya tarik CPIN terletak pada fundamental yang stabil dan profitabilitas yang berkelanjutan bagi investor jangka panjang.
Baca Juga: Charoen Pokphand (CPIN) Bagikan Dividen Tunai Rp 1,77 Triliun
“CPIN mencetak laba bersih Rp 3,71 triliun atau tumbuh 60% secara tahunan. Ini mencerminkan pemulihan struktural yang berkelanjutan ditopang oleh efisiensi operasional, biaya pakan yang turun, dan harga ayam yang stabil,” ujar Liza kepada Kontan, Selasa (27/5).
Menurut Liza, kenaikan dividen CPIN juga mencerminkan kinerja yang membaik. Dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio) sebesar 48%, perseroan dinilai mampu menjaga keseimbangan antara ekspansi dan pemberian imbal hasil kepada pemegang saham.
Secara valuasi, Liza menyoroti CPIN diperdagangkan dengan price to earnings ratio (PER) sekitar 13,5 kali dan price to book value (PBV) sekitar 2,5 kali. Angka ini mencerminkan premi pasar terhadap stabilitas kinerja perusahaan.
Baca Juga: Laba Charoen Pokphand (CPIN) Melonjak 116,16% di Kuartal I 2025
“Sebagai pembanding, JPFA diperdagangkan di PER 5,9 kali dan PBV 1,2 kali, menawarkan valuasi yang lebih murah namun disertai tantangan margin yang lebih besar,” katanya.
Tantangan dan Pilihan Saham Poultry
Liza mengidentifikasi sejumlah tantangan yang membayangi sektor peternakan unggas ke depan, seperti fluktuasi harga pakan, daya beli masyarakat, persaingan harga ayam, serta risiko kebijakan impor dan regulasi.
Untuk pemilihan saham di sektor ini, ia menilai JPFA lebih cocok untuk horizon investasi menengah karena strategi ekspansi agresif dan modernisasi yang dijalankan.
Baca Juga: Naik 60,27%, Charoen Pokphand (CPIN) Raih Laba Rp 3,71 Triliun di Tahun 2024
Sementara untuk MAIN, Liza menyebutkan masalah likuiditas sebagai kendala utama dan menyatakan preferensinya untuk tidak merekomendasikan saham tersebut.
“CPIN direkomendasi untuk jangka panjang, mengingat fokus perusahaan pada efisiensi dan keberlanjutan profit. Target pertumbuhan penjualan sekitar 10% dan perlu menjaga margin laba tetap stabil sehingga manajemen mungkin konservatif, namun konsisten,” tutup Liza.
Selanjutnya: Insentif Motor Listrik Dinilai Tak Langsung Berdampak ke Bisnis Multifinance
Menarik Dibaca: Tren Ubin Terakota Gaya Barat Daya ala Joanna Gaines yang Cocok untuk Ruang Kecil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News