Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akan memberikan dividen final dalam bentuk tunai sebesar US$ 34,65 juta atau setara Rp 568,26 miliar (asumsi kurs Rp 16.400 per dolar AS). Nilai dividen ini juga setara 60% dari total laba bersih INCO tahun buku 2024.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), setiap pemegang satu saham INCO akan memperoleh dividen sebesar US$ 0,00329 (bruto).
Dividen akan dibayarkan pada 16 Juni 2025 atau 30 hari setelah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) kepada para pemegang saham yang namanya terdaftar dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) perseroan pada tanggal 28 Mei 2025 pukul 16.00 WIB.
Keputusan pembagian dividen ini tampak menambah sentimen positif bagi INCO yang harga sahamnya tengah melonjak dalam beberapa waktu terakhir.
Pada Kamis (22/5) saham INCO naik 3,03% ke level Rp 3.400 per saham. Sementara dalam sepekan terakhir, harga saham INCO melesat 19,72%.
Baca Juga: Simak Jadwal Pembayaran Dividen Final Vale Indonesia (INCO)
Plt. Presiden Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, pembagian dividen tahun ini merupakan upaya INCO dalam menciptakan nilai keberlanjutan.
"Di tengah tantangan pasar, kami telah mengoptimalkan proyek proyek investasi, meningkatkan efisiensi operasional dan menjaga disiplin keuangan secara pruden," ujar dia dalam keterangan resmi, Jumat (16/5) lalu.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, INCO merupakan salah satu emiten yang konsisten rajin membagikan dividen terlepas dari apapun capaian kinerja keuangannya.
Pengumuman pembagian dividen ini pun dapat menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga saham INCO setidaknya dalam jangka pendek di tengah harga komoditas nikel yang masih fluktuaktif.
Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus menilai, INCO telah melakukan efisiensi untuk proyek-proyek yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga kelebihan dari efisiensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk membayar dividen tanpa menimbulkan risiko untuk eksekusi proyek berikutnya.
"Jadi, dividen INCO tentunya menarik ketika perusahaan komoditas dapat mengoptimalkan kasnya," kata dia, Rabu (21/5).
Dari sisi fundamental, peluang INCO untuk memperbaiki kinerjanya selepas kuartal pertama bakal kembali dipengaruhi oleh perkembangan harga nikel dunia. Sejak kuartal kedua, lanjut Angga, harga nikel cenderung menguat seiring adanya kelangkaan dan longsor yang terjadi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) serta berkurangnya produksi nikel matte.
Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global dapat berdampak pada penurunan permintaan nikel, baik untuk industri baja maupun baterai kendaraan listrik. Hal itu kemudian membuat harga nikel bakal terus bergerak volatil.
"Namun, jika agenda hilirisasi nikel terus berlanjut, ini menjadi katalis positif bagi INCO," imbuh Nafan Kamis (22/5).
Nafan merekomendasikan sell on strength saham INCO lantaran saham emiten ini sudah overbought. Di lain pihak, Angga merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 3.650 per saham.
Sebagai pengingat, INCO merealisasikan produksi nikel matte sebesar 17.027 metrik ton pada kuartal I-2025. Hasil ini lebih rendah 6% dibandingkan realisasi produksi pada kuartal I-2024 yaitu 18.199 metrik ton dan juga lebih rendah 8% dibandingkan produksi pada kuartal IV-2024 yakni 18.528 metrik ton.
Dari sisi keuangan, INCO membukukan pendapatan sebesar US$ 206,53 juta pada kuartal I-2025 atau terkoreksi 10,18% year on year (yoy) dibandingkan pendapatan perusahaan pada kuartal I-2024 sebesar US$ 229,94 juta.
Sebaliknya, laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INCO melesat 607,79% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 3,08 juta.
Selanjutnya: Perkuat Posisi di Pasar Jepang, Suryacipta Gaet Sumitomo untuk Subang Smartpolitan
Menarik Dibaca: Antisipasi Hujan Petir, Ini Prakiraan Cuaca Besok (23/5) di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News