Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
Di samping itu, kelanjutan perang dagang antara AS dan China juga cukup krusial terhadap arah harga minyak ke depan. Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memutuskan menunda kenaikan tarif impor terhadap produk China hingga 15 Desember mendatang. Proses negosiasi pun diharapkan kembali terjadi dalam waktu dekat.
Namun, di sisi lain, Trump baru-baru ini mengaku belum siap membuat kesepakatan dagang dengan China.
“Proses negosiasi dagang AS-China bisa berdampak positif dan negatif bagi harga minyak, tergantung bagaimana hasilnya,” papar Yudi.
Baca Juga: Kualitas jadi kunci sukses tembus penjualan ikan hias di pasar Eropa
Secara teknikal, harga minyak berada di atas moving average atau MA50, MA100, dan MA200. Indikator moving average convergence/divergence (MACD) masih berada di area minus. Indikator stochastic berada di area netral atau kisaran 41,23—50,84. Adapun relative strength index (RSI) stabil di level 55,70.
Yudi memperkirakan, harga minyak WTI akan bergerak di kisaran US$ 53,90—US$ 56,80 per barel pada perdagangan Selasa (19/8). Sedangkan untuk sepekan ke depan, harga minyak WTI akan bergerak di area US$ 52,00—US$ 57,50 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News